Search This Blog

REMEMBERING OUR PRECIOUS DAUGHTER, HARRIETT ELIZABETH TEJALAKSANA (June. 27, 2015)

Benaiah is already with us. He is so precious boy.

Wednesday, September 22, 2010

HOW TO TEACH BOYS AND GIRLS ? DIFFERENCE INSIGHT

By: Kent Shaffer

Reader’s Digest has a fascinating article on how boys and girls learn differently. It asks the opinion of David Chadwell, South Carolina’s coordinator of single gender education.

BOYS TEND TO PREFER
  1. Boys interpret the world as objects moving through space. The teacher should move around the room constantly and be that object.
  2. Colors that appeal to males are cooler colors, such as silver, blue, black, gray, and brown.
  3. Boys respond better to speaking that sounds matter-of-fact and more forceful. This is because, for boys, stress increases the blood flow to their brains which helps them stay focused.
  4. The ability to stand or move also helps them to be more alert by increasing their blood flow. And a room temperature of 69 degrees Fahrenheit creates optimum alertness.
  5. Boys will rise to a risk and tend to overestimate their abilities. Teachers can help them by getting them to be more realistic about results.
  6.  So when teaching boys, stand and move around while speaking forcefully and realistically. Allow the boys to occasionally move and keep the room at 69 degrees Fahrenheit. Use cooler colors in your environment and teaching.

GIRLS TEND TO PREFER
  • Girls work well in circles, facing each other. Using descriptive phrases and lots of color in overhead presentations or on the chalkboard gets their attention.
  • Colors that appeal to females are warmer colors, such as reds, yellow, and oranges. The female eye also tends to prefer textures and visuals with more details (e.g., faces).
  • Girls have more sensitive hearing than boys. They interpret speaking in a loud tone as yelling and anger, which can cause them to shut down. Stressful environments make girls feel nervous or anxious because stress sends their blood to their guts.
  • Girls focus better while sitting down. And a room temperature of 75 degrees Fahrenheit creates optimum alertness.
  • Girls at this age shy away from risk, which is exactly why lots of girls’ programs began in the private sector. Teachers can help them learn to take risks in an atmosphere where they feel confident about doing so.
  • So when teaching girls, sit in a circle with the girls and speak descriptively and in a nurturing tone. Keep the room at 75 degrees Fahrenheit. Use lots of colors, particularly warmer colors, and use visual and/or tactile textures. Create a secure yet stimulating environment where they can feel comfortable in taking risks that you encourage them to take. 


Kent Shaffer Kent Shaffer is the founder of ChurchRelevance.com an online resource created to inspire and train ministers to be more relevant and effective. He also co-owns BombayCreative.com, a ministry-oriented design firm, and AcreScout.com, a commercial listings site.

Tuesday, September 21, 2010

Anak Papua Jalan Kaki 6-10 Km ke Sekolah

Anak Papua Jalan Kaki 6-10 Km ke Sekolah 
 
Anak-anak yang bertempat tinggal di daerah pedalaman Papua, hampir setiap hari harus menempuh jalan yang sulit untuk sampai di sekolah.

Kepada Antara di Jayapura, Minggu (1/3), Customer Development Coordinator, Area Development Program (ADP) Distrik Kurulu, World Vision Indonesia (WVI), Ardiyanto Parula mengatakan, anak-anak usia sekolah dasar setiap hari harus berangkat sepagi mungkin menuju sekolah yang jaraknya sangat jauh dari rumah mereka.

Kurulu merupakan salah satu distrik dari Kabupaten Jayawijaya yang kondisi alamnya cukup sulit. Beberapa jalur transportasi hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki, termasuk dari perkampungan ke sekolah. “Rata-rata jarak yang harus mereka lewati dengan jalan kaki antara enam sampai sepuluh kilometer,” ujarnya.

Daerah pedalaman Papua, terutama Pegunungan Tengah, berupa perbukitan dan pegunungan berlereng terjal dengan elevasi hingga seribuan meter di atas permukaan laut. Hal tersebut tentu menambah sulit perjalanan yang ditempuh anak-anak ini.

Namun demikian, kondisi ini harus mereka hadapi karena kampung-kampung masyarakat yang terdapat di lembah, relatif mengisolasi mereka dari beberapa titik pembangunan. Seperti keberadaan beberapa sekolah dasar yang umumnya berlokasi di daerah yang cukup berkembang, tapi jauh dari perkampungan. “Perjalanan anak-anak ini bisa sampai satu atau dua jam jalan kaki,” kata Ardiyanto.

Lebih lanjut, dia mengatakan, untuk menyingkat perjalanan, biasanya anak-anak pedalaman memilih rute yang terjal dan berbahaya. Yaitu memanjat tebing-tebing gunung yang kemiringan lerengnya hampir sembilan puluh derajat.

Selain jarak yang jauh, banyak tantangan yang harus dihadapi anak-anak pedalaman yang memiliki semangat belajar tinggi ini.

Jika cuaca buruk, misalnya turun hujan deras, maka akses menuju pelayanan pendidikan yang hanya berupa jalan-jalan setapak menjadi lebih sukar dilewati. Lapisan lempung dan pasir yang mendominasi jalan-jalan antar kampung menjadi lebih lunak dan licin.

Bahkan ada kalanya alur-alur sungai yang banyak dijumpai di lembah, dilanda banjir bandang sehingga benar-benar memutuskan akses transportasi. Sehingga, sekolah pun tidak dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena tidak ada guru dan murid yang bisa sampai di sekolah.

Jarak yang demikian jauh, juga manjadi pertimbangan para orangtua untuk mengizinkan anak-anak mereka pergi ke sekolah. “Ada juga orangtua takut anaknya ke sekolah, karena jalannya yang jauh, sedangkan dalam pikiran mereka daerah yang mereka lalui kadang-kadang tidak aman,” kata Ardiyanto.

Sementara itu, ada kalanya para murid harus pulang tanpa membawa ilmu karena sesampainya di sekolah, ternyata tidak ada guru yang mengajar. “Guru jarang datang ke sekolah, terutama di pedalaman, sepertinya sudah jadi hal yang biasa,” jelas Ardiyanto.

Dia menyayangkan kondisi ini, karena sebenarnya anak-anak pedalaman memiliki motivasi belajar tinggi. Namun, selama ini belum ada perhatian yang serius dari pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat, terutama anak-anak untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang layak dengan mudah dan cepat.

Sumber:
Dikutip dari http://www.klubguru.com/2-view.php?subaction=showfull&id=1236640565&archive=&start_from=&ucat=1&do=berita

Monday, September 13, 2010

SELAMAT JALAN SAHABAT TERBAIKKU : ISAK TIMOTIUS

Seminggu yang lalu, tanpa ada firasat apa-apa, saya berbincang-bincang dengan Ko Tim (sapaan untuk sahabatku ISAK TIMOTIUS) lewat telpon.

Sudah beberapa bulan kami tidak bertemu. Terakhir pertemuan ketika Ko Tim datang ke pernikahanku dan mendoakan kami berdua dalam kebaktian pemberkatan pernikahan saya dan Merry (5 des 2009).

Dalam pembicaraan di telpon, ko Tim bercerita banyak tentang pelayanannya di MYC, sebentar lagi dia akan ke Makassar mengajar program MK di STT Jaffray, hanya berdua dengan ci Ruthy. Kami berdiskusi mengenai beberapa hal, dia mendoakan dan mendukung pelayanan saya di antara anak-anak jalanan. Tidak terbersik sedikitpun bahwa itu adalah berbincangan kami yang terakhir.

Ko Tim adalah orang yang mengasihi Tuhan lebih dari apapun juga. cintanya pada Tuhan melebihi cintanya pada dirinya sendiri.
 
Saya masih ingat Ko Tim berdoa: "Tuhan, pakailah hamba-Mu seperti yang Engkau tetapkan sejak dalam kekekalan". 





Serasa masih kemarin kami berbincang-bincang tentang hidup, pergumulan, pelayanan, dan persahabatan kami di Malang Youth Center, kantor Ko Tim. Sepertinya baru kemarin kami minum STMJ kesukaan ko Tim di malam yang dingin di Kota Malang. Seperti baru kemarin ketika ko Tim dan aku berdoa untuk Pelayanan kami dan kerinduan-kerinduan kami berdua untuk pelayanan bagi remaja-remaja. Seperti baru kemarin, ketika kami berdua menangis ketika berdoa bagi jiwa-jiwa yang terhilang. Seperti baru kemarin ketika Ko Tim mengatakan, " Terus berjuang bro, jangkau jiwa bagi Kristus" setelah wisudaku di SAAT Malang dan memeluk saya dengan begitu hangat. 

Ko Tim adalah mentor dan sahabat terbaikku. Ketika saya begitu sedih, Ko Tim menjadi teman yang mendengarkan. Lewat doanya yang penuh iman beberapa tahun yang lalu, saya memberanikan diri memulai pelayanan anak-anak jalanan dengan penuh iman. Ko Tim selalu mengirim SMS menanyakan kabar dan menyatakan bahwa dia berdoa untukku dan Merry. Ko Tim adalah pahlawan doa kami berdua. Ko Tim adalah pahlawan iman kami.

Ko Tim banyak bercerita mengenai hidupnya dan imannya. Salah satu kerinduan kami berdua adalah berangkat ke PAPUA dan menjangkau anak-anak dan remaja di sana. Ko Tim menjangkau remaja, saya menjangkau anak-anak. Kami menangisi Papua bersama-sama. Kami menaruh iman kami bahwa suatu hari kami akan berjuang bersama di sana.



Kami punya mimpi bersama; membuat banyak retret dan camp untuk remaja, menjangkau anak-anak ini bagi Kristus. Kami mendoakan mereka dengan penuh gelora dan berharap bahwa hari itu akan datang ketika kami melihat ribuan anak dan remaja diselamatkan dalam Tuhan Yesus. Kami suka bermimpi di WArung kopi dan STMJ malang bersama. MIMPI yang indah, karena mimpi itu juga adalah mimpi Tuhan YESUS bagi dunia ini.

Serasa baru kemarin kami meneguhkan mimpi itu dalam doa-doa kami dan berbagai rencana, sampai Tuhan menyatakan rencana-Nya yang berbeda. Jumat siang, saya mendapat sms yang sangat mengejutkan mengenai Ko Tim. Saya mendapat sms dari staf PASTORIUM (pusat konseling di Malang) dan dari beberapa teman dan dosen SAAT. Saya tidak percaya dan mengganggap ini sebagai guyonan, sampai SMS lain membuat saya termenung dan menangis sedih. Ko Tim pergi mendahului kami semua menghadap RAJA kami semua. Dia menghadap pada waktu yang tidak disangka-sangka. Beberapa hari sebelumnya kami masih berbicara, dan sekarang Dia pergi dan berjalan dalam kekekalan. Kami menangis. Istri saya berusaha menenangkan saya. Kami berdua berdoa. Tiba-tiba kami ingat Ci Ruthy dan 5 anak-anak ko Tim yang masih kecil-kecil. Betapa berat untuk mereka. untuk kami saja berat apalagi untuk keluarga Ko Tim. Jumat malam saya tidak bisa tidur, terus terbangun dan menangis. saya belum percaya akan semua ini. Puluhan kami saya baca sms itu, berulang-ulang sampai saya menyadari ini bukan mimpi. Berulang-ulang Merry berdoa untuk saya. Dia kelihatan kuatir saya linglung dan penuh kesedihan hari itu. Merry berkata, " honey, pergilah ke Malang... temui ko Tim untuk terakhir kalinya.

Lalu, dengan menggunakan segala macam cara, akhirnya saya tiba di Malang. jam 4 sore saya tiba di Gotong Royong, tempat persemayaman di Malang. Dengan hati yang gundah, saya mendekat ruang A dan B. tempat itu masih sepi sekali, hanya terlihat beberapa anak muda (mahasiswa SATI malang dan beberapa anak MYC yang saya kenal. Ko Tim masih di ruang es, karena harus menunggu orang tua ko Tim datang.  

 Kemudian saya bertemu dengan Ci Ruthy, yang datang dengan Ibu Mega (istri Pdt. Benny Solihin) dosen saya di SAAT. Saya menyalami Ci Ruthy yang berusaha tabah, tapi tidak kuasa menahan air matanya. Saya merasa sedih banget. Biasanya saya bertemu dengan ci Ruthy sambil guyonan, sekarang sulit sekali. Saya hanya berani berkata, "ci Ruthy sudah makan ?' dia menggeleng. sejak kemarin dia belum makan. Setelah beberapa keluarga datang, saya diberi kesempatan untuk melihat ko Tim di kamar es. Air mata saya tidak kuasa untuk saya tahan menyaksikan sahabat terbaikku ada di sana. Tangan yang dulu memelukku ketika aku sedang gundah, tangan yang memberkatiku, sekarang terlipat rapi. Ko Tim kelihatan gagah sekali sore itu. Wajahnya yang masih segar kelihatan begitu damai, menghadap Kristus yang dilayaninya selama ini. Saya ke belakang dan menangis sendirian. Tidak bisa tahan menyaksikan hal itu.

Sasa,Noel,Justian,Theo & Paul

Tapi saya tahu tugas saya ke sana adalah untuk menghibur anak-anak ko Tim. Saya keluarkan balon dan mulai bermain balon dengan beberapa anak Ko Tim. Noel,Justian, Teofilus dan Paul (anak  ko Tim) bermain dengan cukup gembira, meskipun saya tahu tidak dapat menghibur dan menyelami perasaan mereka sepenuhnya. Sasa kelihatan sangat sedih. Noel hanya banyak diam dan sesekali tersenyum. Theo dan Paul yang bermain balon dengan antusias. Dalam hati saya hanya berdoa supaya Tuhan kuatkan anak-anak yang manis ini.

Sambil menghilangkan beban di hati, saya membantu mengatur kursi untuk ibadah penghiburan hari 1. Sahabat-sahabat ko Tim berdatang. hampir 200 orang datang malam itu, menghormati Ko tim dan menghibur keluarga. Ibadah begitu khusyuk. beberapa di antara sahabat meneteskan air mata. ada yang saling berpelukan dibelakang. Saya hanya berdiri di depan, membantu menata kursi, mempersilahkan orang duduk, sembari mengikuti ibadah tersebut. Satu persatu kesaksian indah di sharingkan oleh sahabat-sahabat. Iman, kasih, kerendahan hati, cintanya pada Tuhan, dan semangat membagi hidupnya untuk orang lain disharingkan hari itu. yang paling indah dari semua kesaksian sahabat-sahabat Ko Tim adalah, sampai akhir hidup, dia memberikannya bagi orang lain. Dia mati karena membantu beberapa mahasiswi yang tenggelam di pantai selatan Malang. Dia mati untuk menyelamatkan orang lain. Bukankah itu seperti yang Kristus lakukan ? Mati untuk orang lain. Hujan rintik-rintik di kota Malang malam itu, seakan saya mendengar Tuhan Yesus berkata," Mari anakku yang Kukasihi, kamu adalah hamba KU yang setia. Masuklah dan nikmatilah pesta bersama-KU di Surga kekal. engkau telah mengakhiri pertandingan dengan baik dan sekarang tersedia mahkota kehidupan bagimu, ISAK TIMOTIUS".

Ko Tim, saya dan merry, malam ini berdoa... kami tetap akan ke Papua, menjangkau anak-anak dan remaja bagi Kristus, seperti mimpi ko Tim dan saya beberapa tahun yang lalu. Tunggu saat yang tepat waktu kami pulang ke Surga nanti. Akan kami ceritakan semua mimpi tentang anak dan remaja Papua yang menjadi kenyataan.... SELAMAT JALAN KO TIM

kami mengasihimu dan mengikuti jejak kesetiaanmu kepada Kristus,

Rudy dan Merry Tejalaksana
Surabaya (12 September 2010)

Thursday, September 9, 2010

Louie Giglio - "I AM"

Indescribable by Louie Giglio

GRACE EVERYWHERE !!!! GOD LOVES YOU SO MUCH... WATCH THE VIDEO AND RECEIVE JESUS AS YOUR GOD.... GOD IS WAITING FOR YOU GUYS....

HOW GREAT IS OUR GOD

Can you imagine how big is our GOD ? HE is the CREATOR of all. If the Earth is so small, the universe is so big, how massive is our GOD, the CREATOR ? Can you imagine, the GREAT GOD, the biggest of all, let HIMself, sacrifice on the cross for little ones like us ? God loves us so much. For God so loved the World, that HE gave HIS only and begotten SON, that whoever believe in HIM, should not perish but will have eternal life... GOD LOVES YOU GUYS !!

Monday, September 6, 2010

#5 MAKING DREAMS COME TRUE PROJECT

It doesn't take our children a minute to mention what they wish for their birthday presents. They might even have a long list of things that they would love to have. Surprisingly, it is not always the case...

The children's application forms and an encounter with an 8-years-old boy have completely changed that 'normal' reality.

On the first day of our new semester at Pondok Sukacita-Joyoboyo, we asked the children to fill in a form with their data. Furthermore, we asked them to mention what birthday present they would love to get on their birthday. Sadly though, many of them don't even know their special day, their birthday. Also, not a few children wrote 'up to you' as their birthday present wish.

One day in our conversation, a boy named Arya mentioned that it would soon be his birthday. However, his family wouldn't be able to celebrate it due to having no money. Then, I asked what birthday present he wanted for his birthday, if we could make it come true. Shyly, he said 'up to you.' After I urged him, he reluctantly said that he wanted clothes as his birthday present. What a simple wish, for most of us...

What makes most of these street children stop wishing or even dreaming?
Most of these children come from a single-parent family, former-drug-addicted parents, stern and harsh family. They must have been let down for too many times that they stop wanting or wishing anymore. Therefore, they hope for the least to prevent another disappointment in their lives.

By God's grace we are trying our best to make their dreams come true, even when it's just a modest present. We long to see the bright smile on their happy faces, giving them a little hope, and most of all, letting them know that they are loved by God through our little attention.

Thank God for this privilage to serve the little ones.

In Love with The Creator,
Merry and Rudy Tejalaksana
HIS Shelter Community ~ Project M25:40

Sunday, September 5, 2010

VICTOR – a street child memorial


21 agustus 2010, 9:10am. Couple weeks ago, I had to face a very sad situation. One afternoon, I found out (through an SMS) that one of our street community member died because of so much complication. He died after years of struggling to overcome the addiction to drugs. We'd tried to help him, through lots of medication help, consultation to doctors, and some treatments, but finally, we reached to an end. 

Couple months ago, he run away from his family, went to his old drug addiction friends, and took the drugs once more. weeks ago, his mom found him, laying down on the side road, without hope. He was very sick at the time. So we helped him to a hospital and got treatment there. God's plan is the best. After almost 2 weeks of treatment, Victor came to the end road. Night before he died, he asked his mom, 'mom, does Jesus love me ? how can he loves someone like me ? His mom is a very brave women. She is also one of the street children worker. With lots of tears, Victor's mom told him anything about Jesus. Jesus is so different. He loves us, specially in tough and hard time. God loves us more even when we try to hate HIM. Jesus is so special. that Night, Victor received Jesus as a savior. What a wonderful moment. What a wonderful Jesus. That's why, when I remember this story, My heart is full of thankgiving to the Lord. At the end of the road, Victor decided the best decision ever. Thank you Lord.

The next day, we made a honorary occassion for Victor. we asked a Batak Church to lead the memoriam service. Before we started the service, we tried to find the best coat, tie, shirt, and pants for Victor. He looked so handsome. His face was so calm, so bright. We put on all clothes for victor. At last, I put socks to his feet. i just remember, we forgot to prepare a pair of shoes for him. His mom said, "Victor needs no more shoes, for he doesn't have to walk anymore. He is on Jesus' arm now. Jesus holds him up, carries him to the most beautiful heavan". I couldn't believe my ears. The words are so beautiful. God put hope in our heart, that everything we face everyday, is just parts of the journey to the eternity.

God put something in my heart. Victor's death has been HIS reconfirmation to call me to share my life with the these wonderful and beautiful street children. If only someone came to Victor, helped him years ago, he wouldn't end his life like this. If only....

God calls us to reach more soul an and heart for HIM

Learning to love God and others,

rudy and merry tejalaksana
HIS shelter Community ~ M25:40

Rainbows of Hope - Spain - 2008

KISAH PUPUT PENJUAL KORAN

16 agustus 2010, 7.50 am.

Kalau kita bertemu dengan anak penjual Koran di jalan, apa yang akan kita lakukan ?
Setidaknya kita punya beberapa pilihan:
1. mengabaikan anak itu - sambil melambaikan tangan
(reaksi si anak: dengan wajah iba meminta belas kasihan, atau bahkan berjalan melewati kita begitu saja)
2. membeli koran anak itu - karena kasihan atau biar anak itu tidak mengganggu lagi ?
(reaksi si anak: tersenyum simpul - sambil bersemangat menghitung uang kembalian kita yang jumlahnya banyak (karena kita pakai uang bernominal besar)
3. memberhentikan kendaraan, lalu berjalan menuju anak kecil penjual koran itu, dan duduk bersamanya di pinggir jalan.
(reaksi anak: orang ini agak aneh, tidak pernah ada orang berjalan dan duduk bersamaku, kecuali ketika seseorang itu meminta setoran jualan koran, atau setoran "pajak" preman sekitar)

Dulu, saya sering melakukan yang 1, karena bagi saya hal itu yang paling mudah di lakukan.
Saya jarang melakukan yang kedua, karena memang saya jarang baca koran, jadi buat apa beli ?

Tapi lama saya berpikir, apa yang anak penjual koran itu paling rindukan dari saya ? membeli korannya ? mmmm, secara naif saya akan berpikir demikian. Namun, setelah duduk dengan seorang anak bernama Puput di lampu merah margorejo Surabaya (dekat Plaza Marina), saya semakin yakin bahwa bukan uang saya yang paling diinginkan Puput dan hampir sebagian besar anak penjual koran lainnya. Apa yang Puput inginkan dari saya ? tanpa pernah mengatakannya, saya menangkapnya dari kedua bola mata Puput. Matanya sembab sehabis nangis. Katanya habis di "gebuk" ibu karena tidur siang hari. Saya duduk memperhatikannya, menawarkannya sapu tangan saya, menawarkan untuk menghapus air matanya, menawarkannya sekotak nasi yang saya dapat dari gereja sehabis menyampaikan firman Tuhan. Puput sempat ragu, namun akhirnya makan dengan lahap sambil berkata, "Om baik ya!".

Penggalan cerita ini hanyalah pengalaman batin yang terus mendesak keluar untuk mempersembahkan hidup ini bagi anak-anak jalanan ini. Langkah yang terhenti di trotoar Margorejo Surabaya hanyalah langkah menuju kepada panggilan Sang Khalik untuk membalut luka Puput dan berjuta-juta Puput lainnya. Tiba-tiba saya ingat sebuah lagu yang diciptakan Iwan Fals : Budi kecil penjual koran.

Si Budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Di simpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran

Menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepang

Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi

( Iwan Fals ; Sore Tugu Pancoran )

Kalau anda berjalan melewati seorang penjual koran jalanan, maukah anda berhenti sejenak, menyapanya, dan menyatakan kasih sederhana yang Anda punya kepadanya. Saya ingin mencobanya lagi, agar sentuhan Ilahi dalam Pertemuan singkat di jalan itu menembus sanubariku lagi, dan membuatku mengerti bahwa HIDUP ADALAH PANGGILAN ALLAH UNTUK BERBAGI KEPADA YANG MEMBUTUHKAN...

Selamat menabur Cinta

Rudy dan Merry Tejalaksana
Belajar mengasihi Kristus dengan mengasihi sesama
Matius 25:40

#2 LET'S SHARE LOVE THROUGH OUR FOODS TODAY



14 agustus 2010, 7:53 am. Share your food to a poor little ones today. so many children are hungry when they go to school, even to sunday school. last week, at a church, I met a boy - 5 years old boy - said that he did not eat anything for 2 days. His dad walked out from their house, while his mom had to work. He couldn't find any food, hungry...-abandoned-until someone gave him a peace of bread at Chuch. can you imagine, someone is hungry around us... let's share love through our food today. God loves you all buddy...


rudy and merry tejalaksana
HIS shelter community ~ M25:40

#1 FACING THE REAL LIFE OF STREET CHILDREN

Today, as ussual, Me and my wife walked around Joyoboyo Bus station for visitation time. We wanted to visit and meet children and their parents. By that kind of visitation, we found the reality of Street children's life. It is not easy to live in such a harsh enviroment. We can find so many heartbroken – pain and bitter life. We saw a mother chasing her son with a broom. The boy was so scared, crying and running, tried to hide behind me. His mom dragged his hand and started to hit the boy. I tried to stop her, while the boy managed to escape and run away to the busy and crowded street in front of the bus station. A car almost hit the boy and a motorcycle hit the boy's hand. I just could hold my breath, cannot imagine what would happen if God didn't protect this little boy.

I've known this boy for about a year ago. He is a sweat boy, a 8 years old boy. loves to smile, so friendly, but a quiet boy. If you do not say something, he will not say something to you too. These couple months, me and my wife get closer to him. He said that everyday his mom got angry easily. She could hit him with things on her hands. His dad is still in the prison for some reasons of crimes. This sweet boy is so lonely. He said that sometimes, he cried alone. people said that he has no more future, having dad and mom like this.

We can feel the sadness, even until now. Daily life with the street children has touched our deepest heart, our deepest humanity power, to do something to these kinds of children. Can you imagine, there are so many street children around us ? can you imagine that everyday they have to face dangers, even death. If we care enough for the children, we can do something.... to heal these broken hearts... let's do something ... something small to all children at risk around us...

LET'S HEAL THE BROKEN HEART WITH GOD'S LOVE
Learning to love others,

Rudy and Merry Tejalaksana
HIS SHELTER COMMUNITY ~ M25:40

fathersheart video

Father to the fatherless

Welcome to my joyful blog

Dear all friends,



Hi, thanks for visiting this blog. We made this blog because We want to share love, joy, and faith to all in need. We love to serve and help you, especially children and adolescent, to find the purpose of your life.



If you are in need of someone who listen and care, please contact me. if you need me in private, contact us freely to our email: rudytejalaksana@yahoo.com or contact us through facebook. I want to help you.... please let me know ya.

God loves you, guys