Search This Blog

REMEMBERING OUR PRECIOUS DAUGHTER, HARRIETT ELIZABETH TEJALAKSANA (June. 27, 2015)

Benaiah is already with us. He is so precious boy.

Sunday, September 5, 2010

KISAH PUPUT PENJUAL KORAN

16 agustus 2010, 7.50 am.

Kalau kita bertemu dengan anak penjual Koran di jalan, apa yang akan kita lakukan ?
Setidaknya kita punya beberapa pilihan:
1. mengabaikan anak itu - sambil melambaikan tangan
(reaksi si anak: dengan wajah iba meminta belas kasihan, atau bahkan berjalan melewati kita begitu saja)
2. membeli koran anak itu - karena kasihan atau biar anak itu tidak mengganggu lagi ?
(reaksi si anak: tersenyum simpul - sambil bersemangat menghitung uang kembalian kita yang jumlahnya banyak (karena kita pakai uang bernominal besar)
3. memberhentikan kendaraan, lalu berjalan menuju anak kecil penjual koran itu, dan duduk bersamanya di pinggir jalan.
(reaksi anak: orang ini agak aneh, tidak pernah ada orang berjalan dan duduk bersamaku, kecuali ketika seseorang itu meminta setoran jualan koran, atau setoran "pajak" preman sekitar)

Dulu, saya sering melakukan yang 1, karena bagi saya hal itu yang paling mudah di lakukan.
Saya jarang melakukan yang kedua, karena memang saya jarang baca koran, jadi buat apa beli ?

Tapi lama saya berpikir, apa yang anak penjual koran itu paling rindukan dari saya ? membeli korannya ? mmmm, secara naif saya akan berpikir demikian. Namun, setelah duduk dengan seorang anak bernama Puput di lampu merah margorejo Surabaya (dekat Plaza Marina), saya semakin yakin bahwa bukan uang saya yang paling diinginkan Puput dan hampir sebagian besar anak penjual koran lainnya. Apa yang Puput inginkan dari saya ? tanpa pernah mengatakannya, saya menangkapnya dari kedua bola mata Puput. Matanya sembab sehabis nangis. Katanya habis di "gebuk" ibu karena tidur siang hari. Saya duduk memperhatikannya, menawarkannya sapu tangan saya, menawarkan untuk menghapus air matanya, menawarkannya sekotak nasi yang saya dapat dari gereja sehabis menyampaikan firman Tuhan. Puput sempat ragu, namun akhirnya makan dengan lahap sambil berkata, "Om baik ya!".

Penggalan cerita ini hanyalah pengalaman batin yang terus mendesak keluar untuk mempersembahkan hidup ini bagi anak-anak jalanan ini. Langkah yang terhenti di trotoar Margorejo Surabaya hanyalah langkah menuju kepada panggilan Sang Khalik untuk membalut luka Puput dan berjuta-juta Puput lainnya. Tiba-tiba saya ingat sebuah lagu yang diciptakan Iwan Fals : Budi kecil penjual koran.

Si Budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Di simpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran

Menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepang

Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi

( Iwan Fals ; Sore Tugu Pancoran )

Kalau anda berjalan melewati seorang penjual koran jalanan, maukah anda berhenti sejenak, menyapanya, dan menyatakan kasih sederhana yang Anda punya kepadanya. Saya ingin mencobanya lagi, agar sentuhan Ilahi dalam Pertemuan singkat di jalan itu menembus sanubariku lagi, dan membuatku mengerti bahwa HIDUP ADALAH PANGGILAN ALLAH UNTUK BERBAGI KEPADA YANG MEMBUTUHKAN...

Selamat menabur Cinta

Rudy dan Merry Tejalaksana
Belajar mengasihi Kristus dengan mengasihi sesama
Matius 25:40

No comments:

Welcome to my joyful blog

Dear all friends,



Hi, thanks for visiting this blog. We made this blog because We want to share love, joy, and faith to all in need. We love to serve and help you, especially children and adolescent, to find the purpose of your life.



If you are in need of someone who listen and care, please contact me. if you need me in private, contact us freely to our email: rudytejalaksana@yahoo.com or contact us through facebook. I want to help you.... please let me know ya.

God loves you, guys