Search This Blog

REMEMBERING OUR PRECIOUS DAUGHTER, HARRIETT ELIZABETH TEJALAKSANA (June. 27, 2015)

Benaiah is already with us. He is so precious boy.

Wednesday, June 8, 2011

Daniel Alexander: Menabur Kasih di Ujung Timur

Dia tinggalkan kenikmatan pelayanan perkotaan, berjalan mencari jiwa dari desa ke desa dengan kakinya yang selalu bertumpu pada Tuhan. Prinsip hidupnya adalah berbagi, sekalipun dalam hidupnya sudah tidak ada yang bisa dibagikan lagi. Yah, paling tidak berbagi senyum dan keramahan. Itulah Daniel Alexander, pria yang sangat terbeban untuk memajukan daerah-daerah tertinggal dibangsa ini. Bukan memanjukan keimanan semata tetapi juga mencerdaskan mereka.

Rendah hati, sabar dan tenang, demikian pria yang telah menjadi bapak segala suku ini. Senyumnya pun selalu mengembang ketika ia berpapasan dengan siapa saja, entah orang yang sudah dikenalnya ataupun belum. Sorot matanya memancarkan keteduhan, tak heran jika banyak yang betah berbincang dengannya. Semua anak muda yang dekat dengannya, diangkat menjadi anak. Dan nampaknya mereka pun dengan senang memanggilnya, papa, papi, bapak, om, koko dan masih banyak lagi sebutan akrabnya.

Nama Daniel Alexander memang sudah membahana di dunia pelayanan. Sejak ia berkomitmen mengabdikan diri untuk melayani suku-suku terasing di Papua, ia habiskan seluruh kehidupannya untuk berjuang memajukan taraf kehidupan di daerah tersebut. Ia tinggalkan kemampanan hidup di kota besar, bahkan ia pun mengajak istri yang dicintainya untuk pindah dari “negeri kangguru” (Australia, red) ke pulau cendrawasih (Papua) yang pada saat itu masih terbelakang.

Papua jadi pilihan
Daniel Alexander lahir dari keluarga yang pas-pasan, di kota Surabaya pada tanggal 22 Maret 1956. Kedua orang tuanya terbilang cinta Tuhan, maka tak heran jika ia pun mewarisi sifat tersebut. Sejak remaja Daniel sudah giat melayani. Tepatnya ketika ia duduk di bangku SMP dan sudah mengalami pertobatan. Ia sempat berkuliah di Universitas Petra jurusan Sastra Inggris. Pada semester tiga ia berhenti dan memutuskan untuk sepenuhnya pelayanan.

Ko Dan, demikian ia biasa disapa, melayani di kota kelahirannya. Pada waktu itu, tahun 70-an, semangat pelayanan sedang berkobar di sana. Tahun 1980 ia sudah menjadi penginjil keliling, bahkan hingga ke luar negeri. Ia kerap mengadakan kebaktian kebangunan rohani yang sekarang ini populer dengan sebutan KKR. Dan ia pun tergabung dalam PESAT (Pelayanan Desa Terpadu) hingga saat ini.

Di tengah kemapanan pelayanannya, hati kecil Daniel tergelitik dengan kata “sampai ke ujung bumi”. Kala itu ia bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, kemanakah aku harus pergi?” Tuhan pun berkata, “Jadilah saksiKu dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ujung bumi”. Ia terus merenungkan kalimat tersebut. Lalu ia bertanya pada Tuhan, “Di manakah ujung bumi?”

Hingga suatu hari Daniel mendapat jawabannya. “Saya membaca buku yang sudah cukup tua usianya. Judulnya, From Jerusalem to Irian Jaya. Ketika saya membaca, muncul pertanyaan, Kenapa dari Yerusalem ke Irian? Ada apa dengan Irian? Saya semakin semangat membaca buku tersebut. Dari buku itulah saya memutuskan untuk melayani di Papua. Karena menurut buku tersebut, dan saya yakin, Papua adalah ujung bumi. Kalau sudah tahu ujung bumi itu Papua, kenapa saya harus berkeliling ke daerah lain,” ungkap Daniel antusias.

Sejak menemukan kebenaran tersebut, Daniel memutuskan untuk pergi ke Irian Jaya yang belakangan lebih dikenal dengan sebutan Papua. Pada waktu itu, pulau yang bentuknya seperti kepala burung ini masih sangat primitif. “Tahun 1990 saya ke Wamena untuk mencari data dan survei tempat. Saya langsung jatuh hati dengan pulau tersebut. Papua itu pulau yang besar dan belum tertata dengan baik. Sumber daya alam mereka banyak yang berlum digali karena sumber daya manusianya juga belum dibangun. Melihat keadaan Papua saya semakin yakin bahwa inilah ujung bumi,” terang.

Menabur dengan tulus
Setelah mendapat data yang cukup, Daniel kembali ke Surabaya. Ia mematangkan rencananya dan menyusun strategi yang cocok untuk daerah tersebut. Selain itu, ia berdoa dan berusaha mengumpulkan apa yang dimilikinya untuk dijadikan modal pelayanan. Satu tahun berikutnya Daniel kembali ke Papua dengan membawa benih-benih pelayanan. Dengan strategi pendekatan dengan warga setempat lewat pelayanan diakonia, ia berhasil berbaur dengan mereka.

Daniel mulai mengenalkan kepada mereka membaca dan menulis. Disamping berkotbah, ia juga memberi penyuluhan bagaimana menggali kekayaan alam yang terpendam di daerah tersebut. Dalam waktu singkat, Daniel menjadi sahabat orang-orang Papua khususnya di Nabire. Tahun 1995, ia mendirikan sekolah taman kanak-kanak sekaligus asrama bagi mereka. Rencana ini sempat tersendat lantaran banyak orang tua yang tidak merelakan anaknya tinggal di asrama. Syukurnya, Daniel bisa mengatasi masalah tersebut. Malahan, dari tahun ke tahun, jumlah anak didik mereka bertambah. Bukan saja TK, sekolah jenjang tinggi pun dibangunnya.

Dari satu desa, pelayanannya makin merambah ke desa lain. Dalam waktu singkat, beberapa sekolahan sudah berdiri di sana. Herannya, meski sekolah dibangun di daerah yang minus dan terbelakang, mereka memiliki guru-guru yang berkompeten. Ini bukti, ternyata, Daniel berhasil membagikan visi misinya kepada banyak orang untuk membangun Papua. Harapan Daniel adalah agar putra daerah bisa membangun dan mengelola kekayaan tanah kelahiran mereka yang sudah sekian lama tercuri oleh pihak luar.

Kini Daniel yang didukung oleh tim yang tergabung di Pesat, rindu membangun perguruan tinggi yang juga berasrama. Menurutnya akan lebih efisien jika mereka sekolah sekaligus dibangun karakternya. Ia juga rindu membangun House of Healing. Rumah kesembuhan yang bukan saja ditangani secara medis melainkan juga secara rohani. Saat ditanya apakah ia ingin membangun gereja, dengan tegas hamba Tuhan yang lebih suka melayani lewat kegiatan sosial ini menjawab, “Tidak. Saya tidak terpanggil untuk membangun gereja. Sudah terlalu banyak gedung gereja tetapi pelayanan kasih masih kurang,” jelasnya.

Menurut bapak yang hingga saat ini belum dikarunia keturunan namun tetap bersukacita, melayani bukan saja hanya di dalam gereja. “Ada yang dipanggil untuk melayani di dalam gereja, tetapi saya tidak. Tuhan lebih menginginkan saya melayani secar universal. Masih banyak orang yang harus dijangkau melalui pelayanan kasih yang berwujud, bukan sekedar berdoa. Pelayanan yang mendunia, maksudnya yang bisa dirasakan oleh orang-orang dunia. Salah satunya aksi sosial terjadinya bencana alam,” papar Ko Dan.

Selain Papua yang diyakini Daniel akan mengalami masa kejayaan, masih ada beberapa daerah yang telah dijadikan base camp pelayanan bersama timnya. Seperti; Kalimantan Timur dan Barat juga Sulawesi Tengah. (Kristin - http://www.terangdunia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=168:daniel-alexander-menabur-kasih-di-ujung-timur&catid=39:profil&Itemid=91)

Saturday, January 1, 2011

CHILDREN IN CRISIS


CHILDREN 
IN CRISIS
Dipanggil untuk membalut luka anak-anak dan
menunjukkan bahwa masih ada harapan di masa depan


Rudy Tejalaksana


Ayat  Alkitab: Matius 9:9-13
Setelah Yesus Pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya,” Ikutlah Aku”. Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia
Kemudian ketika Yesus makan di rumah matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus,” Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa ?”
Yesus mendengarnya dan berkata,”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajari arti firman ini. Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”.

Pendahuluan: ENGKAU DICINTAI
Minggu yang lalu, kami baru menguburkan seorang anak remaja di daerah Joyoboyo. Dia meninggal karena komplikasi akibat terlalu lama menggunakan narkoba. Semalam sebelum dia meninggal, dia sempat bertanya kepada ibunya, seorang pekerja sosial di tempat kami melayani. Dia bertanya,”Ibu, ternyata saya bisa mati juga ya? Ibu apakah Tuhan mau menerima saya yang kotor seperti ini ?
Ini remaja yang sejak kecil ditinggal ayahnya, hidup dalam pergaulan terminal yang kelam, dan terjerumus dalam lubang yang tidak berdasar dan tiba pada penghujung hidupnya dan baru menyadari bahwa dia punya harapan. Ketika kami melayaninya, air matanya mengalir, menyadari bahwa Dia dikasihi Tuhan. Engkau dicintai.

Seorang anak perempuan. Sebut saja namanya Dina. Usia 14 tahun. Dia mengalami keadaan yang sangat mengenaskan pada usia muda. Pada usia 7 tahun, Dina dijual kepada rekan judi ayahnya karena tidak mampu membayar utang. Dina tetap ke pos sekolah minggu, namun dengan kemarahan besar. Awalnya saya tidak mengetahui hal ini, ibu Dina menceritakannya kepada saya sambil berlinang air mata. Saya sering mengunjunginya. Berdoa untuknya. Ketika konseling, dina berteriak dengan begitu keras dan mengatakan bahwa Tuhan itu jahat. Tuhan tidak peduli kepadanya. Dimana Tuhan ketika dia diperlakukan tidak adil. Dia lalu memukuli saya. Biasanya saya akan refleks melindungi diri saya. Tapi hari itu, Tuhan memberi saya hikmat surgawi, saya membiarkan diri saya dipukuli dengan kemarahan luar biasa oleh Dina, sampai akhirnya dia berhenti dan menangis dengan keras. Saya hanya diam memandanginya, memegang pundaknya dan berkata, “Seperti itulah cinta Tuhan kepadamu. Apapun yang kamu katakan tentang Tuhan, Dia tetap mencintaimu. Seberapa besarpun marahmu padanya, Dia mencintaimu. Karena Dia mencintaimu lebih dari apapun. Tuhan memulihkan hati yang terluka. Beberapa waktu kemudian, orang tua dina bercerai dan Dina diajak untuk pulang kembali ke daerah jember, desa asal ibu Dina. Sudah lebih dari 6 tahun saya tidak bertemu dengan dia. Berarti usianya sekarang 20 tahun. Seperti apa Dina sekarang ini ?

Seringkali orang mengganggap pelayanan semacam ini adalah pelayanan yang tidak efektif. Orang berpikir:
a.   Lebih baik buat preventif. Buat sekolah buat anak-anak baik dan didik mereka sebaik mungkin untuk menghadirkan generasi yang lebih baik.
b.  Pekerjaan yang tidak efektif karena pekerjaan yang tidak ada habisnya. Kita membalut satu luka, disaat bersamaan, anak itu dilukai lagi, bahkan dengan tingkat yang lebih parah lagi.

Pekerjaan melayani anak-anak dalam krisis adalah pekerjaan membalut dan mengobati luka. Pekerjaan ini diperlukan diberbagai tempat, sebab begitu banyak anak yang ada di dalam krisis.
1.   Pekerjaan membalut luka
2.   Pekerjaan mengobati luka
3.   Pekerjaan menyiapkan anak-anak menghadapi luka
4.   Pekerjaan untuk member anak-anak harapan hidup di hari besok

Definisi Krisis:
Webster’s Dictionary
1.   Masa yang gawat, kritis sekali
2.   Suatu titik balik dalam sesuatu.
3.   Reaksi terhadap bahaya dari luar
4.   Akibatnya: hilangnya kemampuan, gangguan fungsi emosi
Huruf Tionghoa Krisis:
1.   Ada dua lambang (Wei Ji)
a.   Suatu keadaan tanpa harapan (Wei = danger, dying)
b.  Melambangkan kesempatan (Ji = Opportunity)
Krisis itu ada di tengah-tengah. Menuju kemanakah suatu keadaan akan sangat tergantung kepada dukungan untuk menghadapi krisis tersebut.

Siapakah anak-anak dalam krisis ?
Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat menyenangkan. Masa dimana anak-anak menikmati kasih sayang, perlindungan, semangat dan sukacita diantara keluarga mereka. Namun, berjuta-juta anak hidup tidak dalam keadaan yang ideal seperti ini. Glenn Myers dalam bukunya Children at risk menyatakan bahwa hampir semua anak-anak hidup dengan keadaan krisis, dimanapun mereka berada. Namun ada kategori krisis yang perlu mendapat penanganan segera:
1.   Anak-anak yang tinggal di jalanan (Street Children)
2.   Anak-anak yang menjadi tentara di daerah konflik (Child Soldier)
3.   Anak-anak yang bekerja (Child Labor)
4.   Anak-anak dalam kemiskinan (excessive Povert) – kelaparan, kurang gizi
5.   Anak-anak yang tanpa pendidikan (Lack of Education)
6.   Anak-anak yang mendapat abuse:
a.  Physical Abuse (dianiaya, dipukuli, ditendang, dicubit, dihajar, dan sebagainya)
b.   Emotional Abuse (ditolak, ditinggalkan, dibanding-bandingkan, dilecehkan,
c.    Spiritual abuse (mendapat kekerasan demi hal-hal “rohani”,
d.   Sex abuse adalah tingkat abuse yang memiliki dampak terdalam dari seluruh abuse adalah sex abuse. Dalam sex abuse, seluruh kemanusiaan seseorang ditelanjangi, dihancurkan pada tingkat yang paling dalam. Dalam seluruh pengalaman konseling, pelayanan ini adalah konseling dengan waktu terlama (hampir 2 tahun menolong pemulihan). Mereka umumnya bermimpi buruk, hidup dalam kepahitan dan hati yang hancur.
Anak-anak semacam ini ada disekeliling kita. Mereka diambang kehancuran, tidak punya harapan untuk masa depan, dan biasanya berakhir dengan kematian (bunuh diri, narkoba, dan sebagainya). Siapa yang peduli ?
Statistika Anak-anak yang tinggal dalam krisis:
·       Jutaan anak lari dari rumah karena kekerasan dan abuse
·       Ada 185 juta anak di amerika latin. Setiap tahun 8 juta anak mengalami kekerasan. 80.000 anak mati di rumah mereka sendiri
·       WHO mencatat ada 150 juta anak perempuan dan 80 juta anak laki-laki yang setiap tahun menghadapi penyerangan secara seksual
·       Ada 700 juta anak di seluruh asia, namun 121 juta anak usia sekolah tidak dapat bersekolah karena berbagai alasan.
·       4,5 juta bayi lahir tanpa identitas yang legal. Mereka lahir dari hubungan seksual bebas, terdiskriminasi dan sulit mengakses pendidikan dan kesehatan
·       27,000 anak mati setiap hari oleh karena kelaparan dan penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.
·       100 juta anak hidup di jalanan setiap hari.
·       12 juta anak diperjualbelikan dalam human trafficking setiap tahun. Mereka dikirim sebagai tenaga kerja, sebagian besar sebagai tenaga kerja seks. Sebagian besar berakhir dengan berbagai kematian yang tidak wajar
·       140 juta anak kurang gizi. 5,6 juta anak diantaranya mati kelaparan. Sebagaian besar di asia dan afrika. 33 juta orang mengidap HIV AIDS diseluruh dunia. 2,1 juta diantara mereka adalah anak-anak dibawah usia 15 tahun. 2 juta orang yang mati karena AIDS, 280,000 adalah anak-anak dibawah usia 15 tahun.
·       17,5 juta anak dibawah 18 tahun kehilangan orang tua mereka karena AIDS.
·       Jutaan anak menghadapi kemiskinan, tidak punya tempat tinggal, drop out dari sekolah, mengalami diskriminasi dan kehilangan kesempatan hidup yang memadai. Sebagian besar berakhir dengan kematian.

APA YANG DAPAT KITA LAKUKAN ?
Matius 9:9-13
Belajar dari teladan Tuhan Yesus – intervensi pada hidup anak-anak dalam krisis:
1.   Tuhan Yesus melihatmelihat bukan dengan mata, tapi dengan hati dan belas kasihan
·       Di dalam seluruh kisah mengenai Tuhan Yesus melihat, selalu dilanjutkan dengan hati-Nya yang tergerak oleh belas kasihan.
·       Tuhan Yesus aktif mendatangi Matius, Seorang yang sakit – namun tidak pernah tahu bila dia sedang sakit. Tahu mengapa ? seringkali orang-orang yang sakit, kesepian jiwanya, berusaha menutup-nutupi bahwa mereka membutuhkan pertolongan.
·       Kalau kita pergi mengunjungi anak-anak  jalanan, kita akan mendapati penolakan dan rasa aneh dari mereka pada pertama kalinya. Hidup mereka penuh dengan kecurigaan. Mereka akan curiga pada siapa saja yang ingin mendekati mereka. Kecenderungan menolak dan bersikap kasar membuat banyak orang urung untuk berlama-lama bersama mereka, sebab memang tidak terasa nyaman. Mereka yang hidupnya keras ini seringkali membutuhkan waktu untuk mengobservasi dan merasakan hati kita. Setelah mereka mengetahui  bahwa ada maksud baik dalam diri kita, mereka akan terbuka dan menerima.
·       Melayani anak-anak dalam krisis haruslah dimulai dengan hati yang penuh belas kasihan ketika melihat mereka.
a.   Anak-anak ini akan mati sia-sia bila kita tidak memutuskan untuk melayani mereka.
b.  Anak-anak ini tidak akan pernah punya harapan, bila mereka tidak pernah tahu kalau hidup mereka berharga dan mereka dikasihi Tuhan.

2.   Tuhan Yesus berbicara dan memanggilnya.
·       Setelah melihat Matius, Tuhan Yesus mendekatinya dan berbicara dengan matius untuk pertama kalinya. Sebelumnya mereka belum pernah berbincang-bincang. Matius sibuk dengan urusannya sendiri.
·       Beberapa penafsir bahkan mengatakan bahwa pada saat Tuhan Yesus ada di Kapernaum, semua orang pasti tahu siapa Tuhan Yesus, karena itu kota kecil. Namun yang paling menggemparkan adalah Tuhan Yesus baru saja menyembuhkan seorang lumpuh dengan otoritas yang luar biasa. Matius 9:8 mencatat bahwa orang yang melihat mujizat itu takut (afraid) lalu mengelu-elukan Allah. Waktu itu, Tuhan Yesus begitu terkenal di kampung halamannya sendiri. Dalam keadaan itulah, Tuhan Yesus melihat Matius
·       Apakah matius tahu siapa Tuhan Yesus ? Dia pasti mendengar tentang Tuhan Yesus. Tapi mengapa dia tidak ada diantara kerumunan orang-orang yang mengelu-elukan Tuhan ? Dia tidak berani berada bersama dengan orang-orang Yahudi. Mereka terlalu membenci Matius. Matius sangat kesepian. Karena pekerjaannya membuat dia menjadi musuh semua orang. Seorang penghianat yang bekerja untuk bangsa Romawi.
·       Matius begitu sepi, ditolak, terluka, sendirian. Dalam krisis. Dalam keadaan seperti itu, seorang yang mengagumkan memanggil dia. Bagaimana mungkin?

Ilustrasi:
Anak-anak di Joyoboyo: Rangga : seorang anak yang kasar, tidak kooperatif. Suatu hari di Restoran McDonald, rangga bertanya: mengapa kak Rudy dan kak Merry mau melakukan hal ini untuk kami ? kami tidak pernah melakukan apa-apa untuk Kakak. Kakak Baik. Dapatkah saudara merasakan sukacitanya

3.   Tuhan Yesus duduk makan dan berbincang-bincang dengannya. Tuhan menerimanya.
Tuhan Yesus melakukan sesuatu yang sangat ekstreem. Di saat semua tokoh agama menjaga dirinya dari orang berdosa, Tuhan Yesus duduk dan makan dengan orang berdosa. Dalam sejarah kehidupan Tuhan Yesus, dimana Tuhan Yesus hadir ? sebagian hidupnya dihabiskan ditengah-tengah orang-orang berdosa yang membutuhkan Dia. Ditengah-tengah orang berdosa, makan-tertawa-bahkan dikira orang mabuk karena dia dapat tertawa-tawa dan menikmati semua hidangan bersama orang-orang berdosa tersebut. Lukas 5:29 mencatat bahwa Matius mengundang Tuhan Yesus ke rumahnya. Lihat reaksi Tuhan Yesus ? Dia begitu menikmati undangan itu, tanpa merasa kuatir (diperas, di aniaya, dan sebagainya). He is different.
Dalam keadaan itu, matius makan bersama dengan Tuhan Yesus. Coba perhatikan, apa yang terjadi ? pemungut cukai dan orang berdosa lain datang dan duduk makan bersama mereka disana. Mereka tidak malu lagi. Mereka merasa diterima.

Anak-anak dalam krisis adalah anak-anak yang kehilangan keseimbangan. Hidup mereka menuju kehancuran yang sistematis. Kita dapat menolong mereka dengan berada di sana. Kehadiran kita di dalam hidup mereka membuat anak-anak itu memiliki harapan baru – meskipun kondisinya tidak berubah. Mereka akan datang ketika pertolongan di tawarkan kepada mereka.

Ilustrasi:
Dalam gempa di Padang, begitu banyak orang yang menghalangi kami pergi, karena informasi di sana sepertinya parah sekali. Listrik mati, sarana kesehatan rendah, mayat dimana-mana, dan sebagainya. Kami tidak mengenal orang-orang Padang kecuali beberapa kawan dari Tim Prolife Movement Indonesia. Kami pergi mengisi sesuatu yang didibutuhkan anak-anak, bermain dengan gembira. Kami



4.   Tuhan Yesus menyembuhkan bagian terdalam yang telah digerogoti dengan dosa.
·       Mempersiapkan kematian anak-anak yang bias datang setiap saat.
·       Kisah : Victor di Joyoboyo

Pada suatu siang, sebuah peluru mortir mendarat di sebuah panti asuhan di sebuah perkampungan kecil Vietnam. Beberapa anak terluka, termasuk seorang gadis kecil yang berusia sekitar 8 tahun.
Setelah melihat keadaan gadis kecil itu, dokter menyimpulkan bahwa anak tersebut sudah dalam keadaan yang sangat kritis. 
Tanpa tindakan cepat, anak itu akan segera meninggal kehabisan darah.  Dokter dan perawat segera mengadakan pengujian singkat dan menemukan beberapa anak yang memiliki kecocokan darah dengan gadis kecil tersebut.
Kemudian, dengan berbagai bahasa isyarat, tim medis menanyakan apakah ada di antara anak-anak itu yang bersedia menyumbangkan darahnya bagi si gadis kecil yang terluka parah.
Permintaan itu ditanggapi dengan diam seribu bahasa.
Setelah agak lama, seorang anak mengacungkan tangannya perlahan-lahan, tetapi dalam keraguan ia menurunkan tangannya lagi, walaupun sesaat kemudian ia mengacungkan tangannya lagi.
“Oh, terima kasih,” kata perawat itu terpatah-patah. “Siapa namamu ?”
“Heng,” jawab anak itu.
Sebatang jarum dimasukkan ke dalam pembuluh darahnya. Selama proses ini, Heng terbaring kaku, tidak bergerak sama sekali. Namun, beberapa saat kemudian ia menangis terisak-isak, dan dengan cepat menutupi wajahnya dengan tangannya yang bebas.
“Apakah engkau kesakitan, Heng ?” tanya dokter itu. Heng menggelengkan kepalanya, tetapi tidak lama kemudian Heng menangis lagi, kali ini lebih keras. Sekali lagi dokter bertanya, apakah jarum yang menusuknya tersebut membuatnya sakit, dan Heng menggelengkan kepalanya lagi.
Tim medis itu menjadi khawatir, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Untunglah seorang perawat Vietnam segera datang. Melihat Heng yang tampak tertekan – ia berbicara cepat dalam bahasa Vietnam. Perawat Vietnam itu mendengarkan jawaban anak itu dengan penuh perhatian.
Sambil melihat ke atas, perawat itu berkata lirih kepada dokter Amerika tersebut, “Ia mengira bahwa ia akan mati. Ia salah paham. Ia mengira Anda memintanya untuk memberikan seluruh darahnya agar gadis kecil itu tetap hidup.”
“Tetapi kenapa ia tetap mau melakukannya ?” tanya sang perawat Perancis dengan heran.
Perawat Vietnam itu kembali bertanya kepada Heng.. dan Heng pun menjawab dengan singkat :
“Ia sahabat saya..”
(Seperti yang ditulis oleh Kolonel dr. John W. Mansur, – termuat dalam buku “The Missileer”, New York, 2004)

Today, as ussual, Me and my wife walked around Joyoboyo Bus station for visitation time. We wanted to visit and meet children and their parents.  By that kind of visitation, we found the reality of Street children's life. It is not easy to live in such a harsh enviroment. We can find so many heartbroken – pain and bitter life. We saw a mother chasing her son with a broom. The boy was so scared, crying and running, tried to hide behind me. His mom dragged his hand and started to hit the boy. I tried to stop her, while the boy managed to escape and run away to the busy and crowded street in front of the bus station. A car almost hit the boy and a motorcycle hit the boy's hand. I just could hold my breath, cannot imagine what would happen if God didn't protect this little boy.

I've known this boy for about a year ago. He is a sweat boy, a 8 years old boy.  loves to smile, so friendly, but a quiet boy. If you do not say something, he will not say something to you too. These couple months, me and my wife get closer to him. He said that everyday his mom got angry easily. She could hit him with things on her hands. His dad is still in the prison for some reasons of crimes. This sweet boy is so lonely. He said that sometimes, he cried alone. people said that he has no more future, having dad and mom like this.

We can feel the sadness,  even until now. Daily life with the street children has touched our deepest heart, our deepest humanity power, to do something to these kinds of children. Can you imagine, there are so many street children around us ? can you imagine that everyday they have to face dangers, even death. If we care enough for the children, we can do something.... to heal these broken hearts... let's do something ... something small to all children at risk around us...

=HOLISTIC APPROACH: FATHERING THE FATHERLESS
providing education, training, and a holistic approach to meet the physical and spiritual needs, by providing food, medical supplies, street workers, drop-in centers, and night shelters for the children.
a.   Pendekatan  fisik:
-         Anak-anak butuh makan
-         Anak-anak butuh akses kesehatan
-         Anak-anak butuh tempat tinggal  - night shelter

b.   Pendekatan jiwa
-         Anak-anak butuh pendidikan – shaping the soul
-         Anak-anak butuh life skill training – to survive and win the battles
-          
c.    Pendekatan spiritulitas
-         Anak-anak membutuhkan Juruselamat untuk menemukan meaning of life.
-         Anak-anak membutuhkan figur yang membuat mereka mengerti bahwa ada Bapa Surgawi yang mengasihi mereka.

Tujuan Intervensi Krisis: Mencegah kehancuran, membalut luka, menghapus kesedihan
Maukah kita ikut ambil bagian dalam pekerjaan yang besar ini ?

rudy and merry
HIS Shelter Community ~M25:40

Welcome to my joyful blog

Dear all friends,



Hi, thanks for visiting this blog. We made this blog because We want to share love, joy, and faith to all in need. We love to serve and help you, especially children and adolescent, to find the purpose of your life.



If you are in need of someone who listen and care, please contact me. if you need me in private, contact us freely to our email: rudytejalaksana@yahoo.com or contact us through facebook. I want to help you.... please let me know ya.

God loves you, guys