Search This Blog

REMEMBERING OUR PRECIOUS DAUGHTER, HARRIETT ELIZABETH TEJALAKSANA (June. 27, 2015)

Benaiah is already with us. He is so precious boy.

Showing posts with label INSPIRING STORY. Show all posts
Showing posts with label INSPIRING STORY. Show all posts

Tuesday, September 21, 2010

Anak Papua Jalan Kaki 6-10 Km ke Sekolah

Anak Papua Jalan Kaki 6-10 Km ke Sekolah 
 
Anak-anak yang bertempat tinggal di daerah pedalaman Papua, hampir setiap hari harus menempuh jalan yang sulit untuk sampai di sekolah.

Kepada Antara di Jayapura, Minggu (1/3), Customer Development Coordinator, Area Development Program (ADP) Distrik Kurulu, World Vision Indonesia (WVI), Ardiyanto Parula mengatakan, anak-anak usia sekolah dasar setiap hari harus berangkat sepagi mungkin menuju sekolah yang jaraknya sangat jauh dari rumah mereka.

Kurulu merupakan salah satu distrik dari Kabupaten Jayawijaya yang kondisi alamnya cukup sulit. Beberapa jalur transportasi hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki, termasuk dari perkampungan ke sekolah. “Rata-rata jarak yang harus mereka lewati dengan jalan kaki antara enam sampai sepuluh kilometer,” ujarnya.

Daerah pedalaman Papua, terutama Pegunungan Tengah, berupa perbukitan dan pegunungan berlereng terjal dengan elevasi hingga seribuan meter di atas permukaan laut. Hal tersebut tentu menambah sulit perjalanan yang ditempuh anak-anak ini.

Namun demikian, kondisi ini harus mereka hadapi karena kampung-kampung masyarakat yang terdapat di lembah, relatif mengisolasi mereka dari beberapa titik pembangunan. Seperti keberadaan beberapa sekolah dasar yang umumnya berlokasi di daerah yang cukup berkembang, tapi jauh dari perkampungan. “Perjalanan anak-anak ini bisa sampai satu atau dua jam jalan kaki,” kata Ardiyanto.

Lebih lanjut, dia mengatakan, untuk menyingkat perjalanan, biasanya anak-anak pedalaman memilih rute yang terjal dan berbahaya. Yaitu memanjat tebing-tebing gunung yang kemiringan lerengnya hampir sembilan puluh derajat.

Selain jarak yang jauh, banyak tantangan yang harus dihadapi anak-anak pedalaman yang memiliki semangat belajar tinggi ini.

Jika cuaca buruk, misalnya turun hujan deras, maka akses menuju pelayanan pendidikan yang hanya berupa jalan-jalan setapak menjadi lebih sukar dilewati. Lapisan lempung dan pasir yang mendominasi jalan-jalan antar kampung menjadi lebih lunak dan licin.

Bahkan ada kalanya alur-alur sungai yang banyak dijumpai di lembah, dilanda banjir bandang sehingga benar-benar memutuskan akses transportasi. Sehingga, sekolah pun tidak dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena tidak ada guru dan murid yang bisa sampai di sekolah.

Jarak yang demikian jauh, juga manjadi pertimbangan para orangtua untuk mengizinkan anak-anak mereka pergi ke sekolah. “Ada juga orangtua takut anaknya ke sekolah, karena jalannya yang jauh, sedangkan dalam pikiran mereka daerah yang mereka lalui kadang-kadang tidak aman,” kata Ardiyanto.

Sementara itu, ada kalanya para murid harus pulang tanpa membawa ilmu karena sesampainya di sekolah, ternyata tidak ada guru yang mengajar. “Guru jarang datang ke sekolah, terutama di pedalaman, sepertinya sudah jadi hal yang biasa,” jelas Ardiyanto.

Dia menyayangkan kondisi ini, karena sebenarnya anak-anak pedalaman memiliki motivasi belajar tinggi. Namun, selama ini belum ada perhatian yang serius dari pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat, terutama anak-anak untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang layak dengan mudah dan cepat.

Sumber:
Dikutip dari http://www.klubguru.com/2-view.php?subaction=showfull&id=1236640565&archive=&start_from=&ucat=1&do=berita

Monday, September 13, 2010

SELAMAT JALAN SAHABAT TERBAIKKU : ISAK TIMOTIUS

Seminggu yang lalu, tanpa ada firasat apa-apa, saya berbincang-bincang dengan Ko Tim (sapaan untuk sahabatku ISAK TIMOTIUS) lewat telpon.

Sudah beberapa bulan kami tidak bertemu. Terakhir pertemuan ketika Ko Tim datang ke pernikahanku dan mendoakan kami berdua dalam kebaktian pemberkatan pernikahan saya dan Merry (5 des 2009).

Dalam pembicaraan di telpon, ko Tim bercerita banyak tentang pelayanannya di MYC, sebentar lagi dia akan ke Makassar mengajar program MK di STT Jaffray, hanya berdua dengan ci Ruthy. Kami berdiskusi mengenai beberapa hal, dia mendoakan dan mendukung pelayanan saya di antara anak-anak jalanan. Tidak terbersik sedikitpun bahwa itu adalah berbincangan kami yang terakhir.

Ko Tim adalah orang yang mengasihi Tuhan lebih dari apapun juga. cintanya pada Tuhan melebihi cintanya pada dirinya sendiri.
 
Saya masih ingat Ko Tim berdoa: "Tuhan, pakailah hamba-Mu seperti yang Engkau tetapkan sejak dalam kekekalan". 





Serasa masih kemarin kami berbincang-bincang tentang hidup, pergumulan, pelayanan, dan persahabatan kami di Malang Youth Center, kantor Ko Tim. Sepertinya baru kemarin kami minum STMJ kesukaan ko Tim di malam yang dingin di Kota Malang. Seperti baru kemarin ketika ko Tim dan aku berdoa untuk Pelayanan kami dan kerinduan-kerinduan kami berdua untuk pelayanan bagi remaja-remaja. Seperti baru kemarin, ketika kami berdua menangis ketika berdoa bagi jiwa-jiwa yang terhilang. Seperti baru kemarin ketika Ko Tim mengatakan, " Terus berjuang bro, jangkau jiwa bagi Kristus" setelah wisudaku di SAAT Malang dan memeluk saya dengan begitu hangat. 

Ko Tim adalah mentor dan sahabat terbaikku. Ketika saya begitu sedih, Ko Tim menjadi teman yang mendengarkan. Lewat doanya yang penuh iman beberapa tahun yang lalu, saya memberanikan diri memulai pelayanan anak-anak jalanan dengan penuh iman. Ko Tim selalu mengirim SMS menanyakan kabar dan menyatakan bahwa dia berdoa untukku dan Merry. Ko Tim adalah pahlawan doa kami berdua. Ko Tim adalah pahlawan iman kami.

Ko Tim banyak bercerita mengenai hidupnya dan imannya. Salah satu kerinduan kami berdua adalah berangkat ke PAPUA dan menjangkau anak-anak dan remaja di sana. Ko Tim menjangkau remaja, saya menjangkau anak-anak. Kami menangisi Papua bersama-sama. Kami menaruh iman kami bahwa suatu hari kami akan berjuang bersama di sana.



Kami punya mimpi bersama; membuat banyak retret dan camp untuk remaja, menjangkau anak-anak ini bagi Kristus. Kami mendoakan mereka dengan penuh gelora dan berharap bahwa hari itu akan datang ketika kami melihat ribuan anak dan remaja diselamatkan dalam Tuhan Yesus. Kami suka bermimpi di WArung kopi dan STMJ malang bersama. MIMPI yang indah, karena mimpi itu juga adalah mimpi Tuhan YESUS bagi dunia ini.

Serasa baru kemarin kami meneguhkan mimpi itu dalam doa-doa kami dan berbagai rencana, sampai Tuhan menyatakan rencana-Nya yang berbeda. Jumat siang, saya mendapat sms yang sangat mengejutkan mengenai Ko Tim. Saya mendapat sms dari staf PASTORIUM (pusat konseling di Malang) dan dari beberapa teman dan dosen SAAT. Saya tidak percaya dan mengganggap ini sebagai guyonan, sampai SMS lain membuat saya termenung dan menangis sedih. Ko Tim pergi mendahului kami semua menghadap RAJA kami semua. Dia menghadap pada waktu yang tidak disangka-sangka. Beberapa hari sebelumnya kami masih berbicara, dan sekarang Dia pergi dan berjalan dalam kekekalan. Kami menangis. Istri saya berusaha menenangkan saya. Kami berdua berdoa. Tiba-tiba kami ingat Ci Ruthy dan 5 anak-anak ko Tim yang masih kecil-kecil. Betapa berat untuk mereka. untuk kami saja berat apalagi untuk keluarga Ko Tim. Jumat malam saya tidak bisa tidur, terus terbangun dan menangis. saya belum percaya akan semua ini. Puluhan kami saya baca sms itu, berulang-ulang sampai saya menyadari ini bukan mimpi. Berulang-ulang Merry berdoa untuk saya. Dia kelihatan kuatir saya linglung dan penuh kesedihan hari itu. Merry berkata, " honey, pergilah ke Malang... temui ko Tim untuk terakhir kalinya.

Lalu, dengan menggunakan segala macam cara, akhirnya saya tiba di Malang. jam 4 sore saya tiba di Gotong Royong, tempat persemayaman di Malang. Dengan hati yang gundah, saya mendekat ruang A dan B. tempat itu masih sepi sekali, hanya terlihat beberapa anak muda (mahasiswa SATI malang dan beberapa anak MYC yang saya kenal. Ko Tim masih di ruang es, karena harus menunggu orang tua ko Tim datang.  

 Kemudian saya bertemu dengan Ci Ruthy, yang datang dengan Ibu Mega (istri Pdt. Benny Solihin) dosen saya di SAAT. Saya menyalami Ci Ruthy yang berusaha tabah, tapi tidak kuasa menahan air matanya. Saya merasa sedih banget. Biasanya saya bertemu dengan ci Ruthy sambil guyonan, sekarang sulit sekali. Saya hanya berani berkata, "ci Ruthy sudah makan ?' dia menggeleng. sejak kemarin dia belum makan. Setelah beberapa keluarga datang, saya diberi kesempatan untuk melihat ko Tim di kamar es. Air mata saya tidak kuasa untuk saya tahan menyaksikan sahabat terbaikku ada di sana. Tangan yang dulu memelukku ketika aku sedang gundah, tangan yang memberkatiku, sekarang terlipat rapi. Ko Tim kelihatan gagah sekali sore itu. Wajahnya yang masih segar kelihatan begitu damai, menghadap Kristus yang dilayaninya selama ini. Saya ke belakang dan menangis sendirian. Tidak bisa tahan menyaksikan hal itu.

Sasa,Noel,Justian,Theo & Paul

Tapi saya tahu tugas saya ke sana adalah untuk menghibur anak-anak ko Tim. Saya keluarkan balon dan mulai bermain balon dengan beberapa anak Ko Tim. Noel,Justian, Teofilus dan Paul (anak  ko Tim) bermain dengan cukup gembira, meskipun saya tahu tidak dapat menghibur dan menyelami perasaan mereka sepenuhnya. Sasa kelihatan sangat sedih. Noel hanya banyak diam dan sesekali tersenyum. Theo dan Paul yang bermain balon dengan antusias. Dalam hati saya hanya berdoa supaya Tuhan kuatkan anak-anak yang manis ini.

Sambil menghilangkan beban di hati, saya membantu mengatur kursi untuk ibadah penghiburan hari 1. Sahabat-sahabat ko Tim berdatang. hampir 200 orang datang malam itu, menghormati Ko tim dan menghibur keluarga. Ibadah begitu khusyuk. beberapa di antara sahabat meneteskan air mata. ada yang saling berpelukan dibelakang. Saya hanya berdiri di depan, membantu menata kursi, mempersilahkan orang duduk, sembari mengikuti ibadah tersebut. Satu persatu kesaksian indah di sharingkan oleh sahabat-sahabat. Iman, kasih, kerendahan hati, cintanya pada Tuhan, dan semangat membagi hidupnya untuk orang lain disharingkan hari itu. yang paling indah dari semua kesaksian sahabat-sahabat Ko Tim adalah, sampai akhir hidup, dia memberikannya bagi orang lain. Dia mati karena membantu beberapa mahasiswi yang tenggelam di pantai selatan Malang. Dia mati untuk menyelamatkan orang lain. Bukankah itu seperti yang Kristus lakukan ? Mati untuk orang lain. Hujan rintik-rintik di kota Malang malam itu, seakan saya mendengar Tuhan Yesus berkata," Mari anakku yang Kukasihi, kamu adalah hamba KU yang setia. Masuklah dan nikmatilah pesta bersama-KU di Surga kekal. engkau telah mengakhiri pertandingan dengan baik dan sekarang tersedia mahkota kehidupan bagimu, ISAK TIMOTIUS".

Ko Tim, saya dan merry, malam ini berdoa... kami tetap akan ke Papua, menjangkau anak-anak dan remaja bagi Kristus, seperti mimpi ko Tim dan saya beberapa tahun yang lalu. Tunggu saat yang tepat waktu kami pulang ke Surga nanti. Akan kami ceritakan semua mimpi tentang anak dan remaja Papua yang menjadi kenyataan.... SELAMAT JALAN KO TIM

kami mengasihimu dan mengikuti jejak kesetiaanmu kepada Kristus,

Rudy dan Merry Tejalaksana
Surabaya (12 September 2010)

Monday, December 28, 2009

Hati yang diserahkan kepada Tuhan: Kisah Amy Carmichael

TOKOH PEMBERI INSPIRASI
AMI WILSON CARMICHAEL(1867 – 1951)
Oleh: Rudy Tejalaksana, M.K.

PENDAHULUAN
Amy Carmichael adalah seorang missionari yang membaktikan hidupnya untuk India selama 56 tahun. Dia adalah founder dari Dohnavur Fellowship, sebuah pelayanan yang khusus melayani dan menyelamatkan anak-anak yang terabaikan, terluka dan mengalami penganiayaan di India. Amy juga menjadi penulis 35 buku-buku misi, misalnya His Thoughts Said . . . His Father Said (1951), Edges of His Ways (1955) dan salah satu buku misi terbaik di dunia yang berjudul Things as They Are: Mission Work in Southern India (1903), yang sangat memberi inspirasi bagi banyak anak muda untuk membaktikan dirinya dalam pelayanan anak-anak di India.

LATAR BELAKANG KEHIDUPAN KELUARGA: TUHAN DI DALAM KELUARGA
Amy dilahirkan di sebuah desa kecil bernama Milisle di Irlandia Utara (North Ireland) pada tanggal 16 Desember 1867. Dia berasal dari keluarga Kristen beraliran Presbiterian yang sangat taat dan saleh. Orang tuanya bernama David dan Cahterine Carmichael. Amy adalah anak tertua dari delapan bersaudara. Amy gemlike 3 adik perempuan dan 4 adik laki-laki. Keluarga Amy hidup sederhana namun penuh kebahagiaan.

PENGALAMAN HIDUP MASA KECIL DAN REMAJA: PANGGILAN MULA-MULA
Ketika berumur masih cukup muda, Amy dititipkan oleh orang tuanya kepada seorang Kristen saleh bernama Robert Wilson. Amy seringkali memperhatikan bagaimana Robert Wilson melayani orang lain, khususnya dalam pelayanan tetapnya yaitu Keswick Convention. Di Keswick Convention itulah Amy sering bertemu dengan banyak missionaris dan mulai memahami pergumulan dan kesulitan yang dihadapi oleh para missionaris itu di ladang pelayanan. Pengertian itulah yang membuat Amy merasa tidak akan dapat menjadi missionaris. Hatinya sempat menjadi kecut dan tawar hati untuk melanjutkan kerinduan hatinya sejak lama untuk membaktikan diri sebagai misionaris. Hal ini terjadi karena Amy mengidap penyakit neuralgia, yaitu penyakit syaraf yang membuat tubuhnya lemah dan sering membuatnya harus terbaring sakit.
Ketika masa kecil, Amy seringkali memimpikan untuk memiliki sepasang mata biru daripada mata coklat, seperti yang dimilikinya. Dia sering berdoa agar Tuhan mengubah warna matanya, dan dia seringkali merasa kecewa Tuhan sepertinya diam saja dan tidak mengabulkan doanya. Namun ketika menginjak usia dewasa, yaitu ketika Amy mulai masuk ke ladang misi. Amy baru menyadari rencana Tuhan dengan menciptakannya bermata coklat adalah untuk memenangkan orang-orang India, yang memang bermata coklat. Amy akan menemui banyak kesulitan dalam melayani orang India bila dia bermata biru.
Pada tahun 1887, tepatnya ketika Amy berusia 20 tahun, Amy mengikuti sebuah kebaktian misi yang diadakan oleh Keswick Convention. Pembicara pada kebaktian misi itu adalah seorang misionaris Inggris untuk China yang bernama Hudson Taylor. Dalam kebaktian misi tersebut, Tuhan benar-benar menyentuh hati Amy. Beberapa waktu kemudian, Amy menyerahkan diri untuk terlibat di dalam pelayanan misi.

PENGALAMAN ROHANI : KONFIRMASI PANGGILAN TUHAN
Pada suatu sore, Amy bersama seorang saudara laki-lakinya berjalan melewati seorang pengemis perempuan yang tua. Mereka melihat pengemis itu tersandung dan jatuh. Sambil merangkak dan berusaha untuk meraih tasnya. Tampaknya pengemis tua itu terluka. Hal ini membuat Amy cepat-cepat membantu perempuan itu dan akhirnya membantu mengantarkan pengemis tua itu pulang. Banyak orang memandang aneh apa yang Amy lakukan, khususnya di tengah-tengah kehidupan yang sangat mementingkan diri sendiri saat itu. Sebenarnya ada sedikit perasaan aneh dan malu di dalam diri Amy ketika itu. Namun dia berusaha tetap berjalan dengan kepala tegak sambil menuntun perempuan tua itu ke rumahnya. Pengalaman itu benar-benar mengubah seluruh kehidupan Amy di kemudian hari.

Salah satu pelajaran yang “mengagetkan” Amy pada waktu menolong perempuan tua tersebut adalah ketika dia mendengar sebuah suara yang lembut yang berkata “pergilah engkau…”. Suara yang ditaati Amy itu adalah sebuah mujizat “kecil” yang menjadi konfirmasi Tuhan sedang ingin melakukan sesuatu di dalam hidupnya. Sesampai di rumah, Amy segera membuka Alkitabnya untuk mencari kata “Pergilah engkau…”. Amy ingin mengetahui kata Alkitab mengenai kelanjutan dari kata “pergilah engkau…”. Tahukah kita apa ayat Alkitab yang Amy temukan ? I Kor 3:12-14. Ayat ini mendorongnya untuk menyerahkan diri untuk melayani Tuhan sepenuh waktu, sampai suatu hari Tuhan mengkonfirmasi kehendak-Nya untuk mengutus Amy melayani di India.

HIDUP BERSAMA TUHAN DI LADANG MISI: HIDUP DALAM KETAATAN
Setelah menyerahkan diri untuk melayani Tuhan sepenuh waktu, Amy kemudian bergabung dengan Church of England Zenana Missionary Society. Oleh CEZM Society, Amy di kirim ke Jepang selama 15 bulan. Tuhan kemudian mengarahkan hati Amy ke India. Awalnya Amy tidak pernah menyangka bahwa India adalah tempat yang Tuhan sediakan bagi Amy layani sampai akhir hidupnya.

Di India, Amy banyak melayani perempuan-perempuan muda yang berhasil di selamatkan dari praktek prostitusi di dalam kuil. Namun semakin lama, Amy justru melihat ada korban-korban lain yang juga benar-benar perlu diperhatikan dan dilayani, yaitu anak-anak. Beberapa pengalamannya menolong anak-anak mendorongnya untuk membuat satu organisasi pelayanan yang bernama Dohnavur Fellowship. Dalam pelayanan ini, Amy menfokuskan diri pada pelayanan anak-anak, di mana Amy memfokuskan diri melayani anak-anak yang terluka, terbuang, dan tidak diinginkan. Amy menyusuri jalan-jalan raya untuk membawa pengharapan di dalam Kristus. Ribuan anak menemukan masa depan di rumah singgah tersebut.

Dalam pelayanannya, Amy dan tim pelayanannya menggunakan pakaian khas India (Sari). Hal ini dilakukan untuk menghormati budaya India. Bahkan, untuk “membuat” dirinya lebih diterima di antara orang-orang India, Amy secara rutin menggosok kulitnya dengan kopi untuk membuatu tubuhnya lebih gelap. Namun, perjalanannya dari satu tempat ke tempat lain untuk menyelamatkan anak-anak jalanan dari penderitaan inilah yang membuat kulitnya kecoklatan. Mata coklatnya menambah “keindiaan” Amy.

Pada suatu saat, pekerjaan misi di India mulai bertambah sulit. Banyak resistensi dari masyarakat terhadap kekristenan. Kekristenan yang sangat meninggikan kesetaraan manusia dianggap merusak sistem kasta India. Hal ini membuat banyak pihak berusaha menolak kekristenan. Beberapa misionaris akhirnya memutuskan untuk meninggalkan India. Namun Amy memilih bertahan di India. Hatinya bagi anak-anak di India begitu mendalam. Pikirannya mengenai anak-anak yang terlantar, yang dianiaya, dan begitu banyak kematian yang sebenarnya dapat dicegah membuat Amy memutuskan untuk tetap tinggal di India. Beberapa kesaksian memperkuat hal ini:
a. Seorang ibu yang memiliki anak yang sakit lebih merelakan anaknya mati daripada harus pergi meminta tolong kepada dokter yang memiliki kasta yang lebih rendah. Padahal sakit penyakit anak tersebut sebenarnya dapat disembuhkan.
b. Bayi yang baru lahir dijual di kuil-kuil dan menjalani praktek prostitusi seumur hidupnya di kuil tersebut.
Amy berkata, “ Seseorang tidak dapat mencintai tanpa memberi, dan seseorang tidak dapat memberi tanpa mencintai”. Kasihnya bagi India membuatnya berjuang melawan praktek children abuse atas nama kasta dan ibadah di kuil tersebut. Perjuangannya sangatlah tidak mudah. Berjuang melawan praktek-praktek tersebut sama dengan perlawanan terhadap seluruh sistem masyarakat India. Perjuangan melawan paradigm bahwa manusia terbagi-bagi berdasarkan kasta untuk menunjukkan importancy dan value of life dari manusia. Importacy dan value of life ditentukan dari keluarga mana seseorang dilahirkan. Padahal tidak ada seorang pun yang memiliki kesempatan untuk memilih latar belakang keluarganya. Dalam praktek kekristenan India, gereja akhirnya menyesuaikan diri dan beberapa diantaranya akhirnya mengadopsi sistem kasta dalam kekristenan. Hal inilah yang terus menggelisahkan hati Amy. Amy menyadari bahwa untuk menyelamatkan anak-anak tersebut, Amy harus mematahkan sistem tersebut. Amy ingin semua orang India tahu bahwa di hadapan Tuhan, semua orang sangat berharga dan sejajar satu dengan yang lain. Inilah panggilan Amy bagi India.

PENGALAMAN BERSAMA TUHAN
Amy memulai rumah singgah yang disebut Dohnavur. Dalam waktu yang singkat, rumah singgah itu penuh dengan unwanted girls. Dan Tuhan mengirim banyak tenaga sukarela yang membantu melayani anak-anak perempuan muda ini. Kebanyakan tenaga sukarela yang membantu adalah perempuan Kristen yang benar-benar mengasihi Tuhan.

Pada tahun 1918, ada anak laki-laki yang datang ke Dohnavur. Anak laki-laki ini adalah anak laki-laki pertama yang menghuni Dohnavur, yang diikuti oleh ratusan lainnya dikemudian hari. Mereka di tempatkan di rumah yang berbeda dengan anak-anak perempuan. Amy begitu bergembira menyaksikan karya Tuhan bagi anak-anak India ini. Dalam devosi-devosi, Amy sering sekali menyebut anak-anak ini sebagai mutiara berharga di hatinya dan hati-NYA. Anak-anak memanggilnya dengan sebutan “Amma”, yang berarti mama yang dikasihi dalam bahasa Tamil. Amy tidak pernah menikah, namun Tuhan memberinya ratusan anak-anak yang sangat dikasihinya, bahkan sampai akhir hidupnya.

PENUTUP:
Dari pengalaman rohani bersama Tuhan di masa mudanya, Tuhan membawa Amy menjadi the messenger of love bagi anak-anak yang terluka di India. Tuhan mengarahkan hidupnya dengan cara-cara sederhana, dan menuntunnya ribuan Kilometer dari Irlandia Utara menuju ke sebuah kota kecil bernama Dohnavur di India. Tuhan menaruh “karier” misi di dalam hati Amy dan Amy menjalaninya dengan setia seumur hidupnya. Tuhan memakai segala hal dalam hidupnya; latar belakang keluarga, pengalaman masa kecil – remajanya, pertemuan dengan tokoh-tokoh yang memberinya pengaruh, dan pengalaman pribadi dengan Tuhan, untuk membawa Amy berjalan di dalam panggilan-Nya dengan setia.
Pada tahun 1931, Amy Carmichael mengalami cedera yang serius di punggungnya karena sebuah kecelakaan. Kejadian ini membuat Amy harus menghabiskan waktunya selama 20 tahun di atas tempat tidur. Namun kejadian ini dipakai Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya. Tuhan menaruh hati-Nya di tangan Amy dan dari atas tempat tidurnya Amy menulis beberapa buku misi yang menggetarkan hati. Sebuah buku yang berjudul If menggambarkan hubungan kasihnya dengan Tuhan yang disalibkan, membuka makna baru apa arti mengikut dan mengasihi Tuhan.
Tahun 1951, dalam usianya yang ke 83, Amy kembali ke pangkuan Bapa di Surga. Sebelum meninggal dunia, Amy berpesan agar murid-muridnya tidak menempatkan satu batupun di atas kuburnya, namun menaruh birdbath di atasnya dan menuliskan kata Amma di atasnya untuk menggambarkan bahwa kasihnya kepada anak-anak tidak pernah berakhir, termasuk dengan kematiannya. Kasih yang dipelajarinya dari Tuhan yang dikasihinya. Amy Carmichael menggenapkan apa yang Paulus katakana, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fil 1:21). Hidup bagi kemuliaan Tuhan. (rudytejalaksana@yahoo.com)

Welcome to my joyful blog

Dear all friends,



Hi, thanks for visiting this blog. We made this blog because We want to share love, joy, and faith to all in need. We love to serve and help you, especially children and adolescent, to find the purpose of your life.



If you are in need of someone who listen and care, please contact me. if you need me in private, contact us freely to our email: rudytejalaksana@yahoo.com or contact us through facebook. I want to help you.... please let me know ya.

God loves you, guys