Search This Blog

REMEMBERING OUR PRECIOUS DAUGHTER, HARRIETT ELIZABETH TEJALAKSANA (June. 27, 2015)

Benaiah is already with us. He is so precious boy.

Thursday, December 31, 2009

Makna Sebuah Janji Pernikahan





SERI KONSELING PERNIKAHAN
MAKNA SEBUAH JANJI PERNIKAHAN
DASAR PERNIKAHAN YANG KOKOH

Oleh: Rudy Tejalaksana, M.K.

Pendahuluan
          Salah satu momen yang paling mengharukan dalam setiap pernikahan Kristen adalah momen pengucapan janji pernikahan di depan jemaat Tuhan. Bagi saya, hal itupun suatu hal yang paling mendebarkan, sekaligus momen terbaik dalam pernikahan kami. Ketika saya mengucapkan janji tersebut, ada perasaan haru yang sangat dalam di hati saya. Sebuah janji, yang saya tahu, merupakan sebuah komitmen ikat janji yang diungkapkan bukan hanya di hadapan istri saya, tapi di hadapan Tuhan. Sebuah janji yang mengikat seumur hidup. Sebuah janji yang harus ditepati dan diperjuangkan seumur hidup saya. Sebuah janji kudus - sebuah privilage terbaik dalam hidup - mengasihi, mencintai, dan menghormati pasangan seumur hidup. Sebuah janji yang membutuhkan pengorbanan, cucuran keringat, air mata, bahkan darah. Sebuah janji yang membutuhkan pengorbanan. Namun, seberapa pentingkah sebuah janji pernikahan ? Seberapa bermaknakah sebuah janji pernikahan ?

          Saya sudah menghadiri begitu banyak pernikahan Kristen diberbagai tempat di Indonesia, baik sebagai tamu, panitia, pelayan maupun saksi dalam pernikahan. Pernikahan selalu disertai dengan kebahagiaan, sukacita, ekspresi kepuasan yang mendalam, sebuah permulaan dari perjalanan panjang yang “penuh dengan bunga”. Di dalam pernikahan Kristen itu, pasti ada satu acara penting di dalamnya, yaitu acara pengucapan janji nikah. Setiap kali saya mendengar janji nikah diucapkan, setiap kali itu pula saya bertanya dalam hati saya, “Apakah mempelai berdua benar-benar mengerti apa yang sedang mereka ucapkan ? Bahwa janji yang sudah ucapkan tidak dapat dibatalkan lagi untuk selamanya ? Menyaksikan perpisahan dan perceraian keluarga Kristen membuat saya mengerti bahwa banyak pasangan pernikahan Kristen yang sebenarnya tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. Apa dasar yang membuat kita yakin bahwa pernikahan kita adalah pernikahan “sampai maut memisahkan kita” ? Kita perlu meletakkan dasar yang tepat bagi sebuah pernikahan yang kuat.[1] Dasar yang kokoh inilah yang membuat kita berani mengucapkan janji pernikahan di depan Allah dan jemaat-Nya.

SEBUAH PILIHAN: MEMILIH DASAR PERNIKAHAN
            Apa yang menjadi dasar pernikahan Kristen ? Hampir semua orang Kristen memulai pernikahan-Nya "dengan“ Allah (atau lebih tepatnya dengan ritual Kristen. Namun seberapa pengaruh semua "ritual Kristen“ itu dalam pernikahan pada waktu goncangan datang, pada waktu bunga pernikahan tidak lagi indah, pada waktu perubahan dan ketidakpuasan terjadi ? Pada waktu sepertinya tidak ada harapan lagi dalam pernikahan ? Jack Mayhall, seorang konselor pernikahan Kristen mengatakan, "All marriage is a choice... one such choice is not a conscious one for most of us. Yet it is even more important than the choice of a partner for life. It is deciding the foundation on which the marriage will rest”.[2] Betapa pentingnya memilih sebuah dasar bagi pernikahan kita, bahkan lebih dari keputusan memilih dengan siapa kita menikah. Apa yang terjadi bila kita membangun sebuah rumah dan bangunan besar, tanpa terlebih dahulu membuat fondasi yang kuat dan tepat ? Lalu apa yang menjadi dasar pernikahan kita, yang menopang semua bangunan pernikahan yang lain? Apa dasar sehingga cinta kasih, komitmen, komunikasi, kebersamaan, kesetiaan, dan fokus Tuhan dalam pernikahan Kristen dapat dipertahankan dan pernikahan dapat diperkuat? Jawabannya adalah sebuah fondasi pernikahan yang kuat.

PRINSIP DASAR: Allah adalah dasar pernikahan Kristen
            Alkitab menggambarkan dengan sangat jelas bahwa Tuhanlah yang menjadi inisiator dan pencipta pernikahan. Karena Allah yang menciptakan pernikahan (Kej 2:18, 21-25), tentu Dialah yang tahu semua hal mengenai pernikahan. Oleh sebab itu, meletakkan dasar (bukan membuat pondasi) pernikahan di dalam Allah menjadi hal paling mendasar dari sebuah pernikahan. Allah menjadi pondasi dan sumber dari segala kebutuhan di dalam pernikahan. Jack Mayhall, sejalan dengan Yesaya 37:31 dan Yeremia 17:7-8, berkata, “ God is the source of love, of understanding, of acceptance. As we put our roots down deeply into Him, there flows into us a never ending supplies”.[3] Bergantung kepada kemampuan kita untuk mengasihi, mengerti, dan menerima pasangan kita hanya akan menimbulkan frustasi besar dalam pernikahan. Itulah sebabnya, pasangan yang menikah tanpa pondasi yang benar, akan sangat mungkin mengalami kegagalan dan keputusasaan, karena bangunan tanpa pondasi akan begitu mudah roboh ketika badai menerjang (bnd Mat 7:27). Lalu bagaimana konsep Alkitab mengenai pondasi pernikahan yang dibangun Allah? Dan Flournoy, seorang konselor pernikahan Kristen, mengatakan, “The Bible tells what a strong family foundation consist of. Please consider that a strong family is (1) United in Christ (spiritual compatibility), (2) A Committed relationship, (3) Based on mutual love and respect”.[4] Pada makalah ini, saya akan banyak menyorot mengenai a committed relationship dalam kaitannya dengan menjadi promise keeper terhadap janji pernikahan.

PERNIKAHAN KRISTEN: Sebuah Komitmen total
            Secara unik, Alkitab seringkali menggambarkan hubungan Allah dan umat-Nya sama seperti hubungan pria dan wanita dalam pernikahan. Di dalam Perjanjian Lama, Allah menyebut dirinya sebagai suami Surgawi bagi umat-Nya (Yes 54:5). Allah berinisiatif untuk “melamar” umat pilihan-Nya menjadi kekasih hati-Nya. Keluaran 19 memberi gambaran hubungan “intim” Allah dengan umat-Nya sebagai hubungan perjanjian yang kudus (Kel 19:5, yer 30:22, Ul 10:12-22), satu kali untuk selamanya, bersifat eksklusif dan unik. Inti dari perjanjian itu terdiri dari dua bagian: Israel akan menjadi umat Allah (Allah menerima umat-Nya) dan Allah akan menjadi Allah orang Israel (Israel merespon penerimaan Allah).[5]  Namun sungguh aneh ketika Tuhan mengikat perjanjian dengan orang Israel. Allah tahu siapa Israel, sangat tidak sepadan. Namun ketika Allah mengikat perjanjian dengan Israel ada satu penekanan penting dalam hal itu "AKU menerimamu dan mengikat Diri-Ku padamu“. Bukankah komitmen Allah ini dibuktikan secara nyata dalam kisah dalam kitab Hosea, ketika komitmen tidak berubah ketika israel "bersundal“ dan tidak setia lagi kepada Allah ? Inilah yang sebut sebagai komitmen total[6], tidak berubah dan tetap teguh dalam ikatan relasional, apapun yang terjadi. Komitmen adalah perjanjian yang diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata, apapun halangannya.[7] Banyak pasangan membuat komitmen yang baik diawal pernikahan. Janji di depan pemberkatan pernikahan di gereja sering hanya menjadi simbol ritual belaka. Janji yang sangat mudah diucapkan namun begitu mudah pula dilupakan. Padahal dengan selalu mengingat janji pernikahan akan membuat pernikahan itu menjadi sangat powerful.
            R. Paul Stevens mengatakan setidaknya ada dua kekuatan luar biasa ketika kita selalu mengingat dan melakukan komitmen janji pernikahan kita. Pertama: Mendewasakan pasangan. Janji pernikahan membuat pasangan bertumbuh semakin indah untuk saling menguatkan, menopang dan menolong pasangan untuk tumbuh dalam semua aspek kehidupan. Kedua: Menjadi dasar untuk berharap. Ketika sewaktu-waktu keadaan berubah, komitmen dalam janji pernikahan membuat pasangan selalu memiliki pengharapan untuk meraih pernikahan yang sukses.[8]

            Di dalam Perjanjian baru, Tuhan Yesus memberi pemahaman yang benar-benar radikal mengenai pernikahan. Tuhan Yesus hadir dan melakukan mujizat pertama-Nya justru di dalam sebuah pesta pernikahan (Yoh 2:1-11). Tuhan Yesus sering menggambarkan kerajaan Allah seperti pernikahan (Mat 22:1-14). Dia adalah mempelai laki-laki (Mat 25:5) dan jemaat adalah mempelai perempuan (Ef 5:25). Pernikahan digambarkan seperti Kristus dan umat-Nya. Ini adalah gambaran yang paling sakral dalam semua konsep pernikahan yang pernah ada di dunia. Konsep ini adalah konsep perjanjian yang baru, Allah yang datang kepada umat-Nya, untuk menebus dan mati bagi umat-Nya. Karya Kristus bagi kita inilah yang memberi pemahaman baru bagi sebuah hubungan, sebuah komitmen total – Dia mengosongkan diri, mengambil rupa sebagai pelayan, dan menyerahkan diri bagi umat-Nya (Fil 2:5-8). Ketika kita menghayati pernikahan kita seperti apa yang Kristus lakukan, maka kita tidak akan pernah bermain-main dan memandang remeh kepada pernikahan dan janji nikah yang kita ikrarkan di dalam pernikahan kita.
            Larry Crabb, dengan inspirasi dari inkarnasi dan pengorbanan Kristus, secara luar biasa menggambarkan 3 pilar utama dari semua pernikahan Kristen[9]. Pilar paling dasar adalah Anugerah (Grace). Pernikahan memerlukan Anugerah Allah yang besar bagi pasangan. Anugerah yang Allah berikan akan selalu memampukan pasangan bertahan dalam semua kondisi yang paling berat sekalipun. Ketika ada kesulitan dan goncangan, Allah akan berkata, "My Grace is sufficient for you“ (II Kor 12:9). Karya Kristus di kayu salib menawarkan anugerah bagi setiap orang yang menerima kasih-Nya. Setiap orang Kristen terpanggil untuk mengasihi bukan dengan cinta natural (yang ada pada manusia) saja, tapi dengan kasih yang merupakan anugerah Allah (I Yoh 4:7).[10] Pilar yang kedua, yang dibangun di atas anugerah Allah adalah komitmen (Commitment). Larry Crabb berkata, “Building Blocks 2: A deep desire to obey God by honoring the marriage commitment, a desire growing naturally out of the conviction that God is good”.[11] Komitmen adalah tindakan nyata memfokuskan kasih, emosi, hubungan, perasaan, dan sebagainya kepada Firman Tuhan dan menghormati janji pernikahan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Karya Kristus di kayu salib menunjukkan kebaikan Allah yang luar biasa. Pilar yang ketiga, yang dibangun di atas anugerah dan komitmen adalah penerimaan (acceptance). Larry Crabb berkata, “ to accept our mates dose not require that we enjoy everything they do. To accept our mates means more than remaining faithful to the commitmen to minister. To accept a mate involves deeper work.. the work of forgiveness…[12] Bukankah ini karya Kristus bagi umat-Nya, pengampunan dan penerimaan, di dalam kasih dan karya agung-Nya di kayu salib. Anugerah memberi kita kesempatan untuk menerima kebaikan Tuhan, dan membuat kita mengerti bahwa Allah menerima kita di dalam Kristus, bagaimana pun keadaan kita. Semua dimulai dari sebuah komitmen – sebuah janji yang dibuktikan lewat tindakan.
            Ketiga pilar ini sangat jelas menggambarkan betapa seriusnya sebuah janji pernikahan yang diungkapkan di dalam pemberkatan pernikahan kita. Oleh sebab itu, kita perlu cermat melihat mempelajari janji pernikahan kita sebelum kita mengucapkannya, satu kali dan mengikat diri dan memberi diri seumur hidup kepada pasangan kita, berdasarkan janji pernikahan yang kudus. Inilah komitmen total.[13]

Janji Pernikahan dan maknanya bagi pasangan Kristen:
Tuhanlah yang menetapkan pernikahan ini. Karena itu, Saya (nama) mengambil engkau (nama) menjadi istri / suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang. Pada waktu kelimpahan maupun kekurangan. Pada waktu sehat maupun sakit. Untuk saling mengasihi dan menghargai. Sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus. Dan inilah janji setiaku yang tulus.[14]

Isi Janji Pernikahan
Dasar Alkitab
Makna bagi pernikahan
TUHANlah yang menetapkan pernikahan ini
Saya mengambil engkau
Allah berinisiatif memilih israel sebagai satu-satunya umat pilihan secara eksklusif
(Ul 7:7-9, Kel 19:5-6, II Tes 3:17)
Inisiatif : Tindakan sadar seseorang untuk memilih seseorang menjadi pasangan hidupnya
Eksklusif : Suatu pilihan yang dijatuhkan kepada satu-satunya orang tertentu, yang tidak dapat digantikan oleh siapapun juga.

Menjadi istri / suami
Allah menghargai umat-Nya dalam hubungan yang unik, pribadi dan mendalam (Kel 19:6, Yes 43:4)
Pernikahan adalah hubungan antar pribadi yang mendalam, intim dan kuat satu dengan yang lain. Pernikahan bukanlah sebuah wadah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, menuntut dari pihak satu memuaskan pihak lain. Pernikahan adalah penghargaan keunikan pribadi, mencintainya sebagai pribadi yang unik, dan menjadi kekasih pilihian untuk seumur hidup
Untuk saling memiliki dan menjaga
Perjanjian Allah – umat-Nya adalah hubungan yang intim dalam tanggung jawab yang harus dijalankan (Kel 19:5, Ef 5:21-33)
Pernikahan adalam memberi diri sendiri dan menerima pasangan untuk saling menopang dan menjaga sesuai dengan peran masing-masing untuk mencapai tujuan pernikahan yang Allah inginkan.
Dari sekarang sampai selamanya
Perjanjian Allah – Umat-Nya adalah perjanjian kekal, yang tidak dapat dibatalkan lagi. Never ending relationship (Yes 37:31, Yer 17:7-8, Mal 2:16, Mat 19:6)

Pernikahan adalah ikatan seumur hidup dan tidak dapat dibatalkan lagi untuk selamanya. Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia (Mat 19:6)
Dalam susah / senang, kelimpahan/kekurangan
Allah setia pada umat-Nya, bahkan ketika umat tidak setia kepada-Nya (Hosea 11, Ef 4-6, Yes 54:6,10)
Pernikahan terus harus bertahan dalam segala keadaan, goncangan, dan pergumulan. Dibutuhkan dua orang yang berkomitmen kepada Tuhan untuk bertahan di dalam segala keadaan.
Sesuai hukum Allah
Allah adalah Allah yang kudus, yang menuntut umat-Nya untuk hidup kudus, karena dari hal itulah sebuah hubungan kudus dibangun (Kel 19:10-24, I Kor 1:2, I Tes 4:7, II Tim 1:9)
Allah yang menjadi sumber dan pondasi (dasar) pernikahan, yang menopang, menguatkan, memperkaya, dan menumbuhkan pernikahan. Pernikahan hanya bisa menjadi pernikahan yang saling menopang, menguatkan, memperkaya dan bertumbuh jika pasangan hidup di dalam hukum Allah: hidup kudus
Inilah janji setiaku yang tulus
Allah adalah Allah yang memegang janji setia-Nya. Kesetiaan-Nya dibuktikan dengan memberi diri-Nya untuk menyatakan anugerah-Nya, komitmen-Nya, dan penerimaan-Nya kepada umat pilihan-Nya (Kel 19:6, Mzm 136, Yes 59:2, Yes 53:5)
Janji setia yang diucapkan adalah janji setia dari hati yang paling dalam dan suci. Tanda paling utama dari ketulusan adalah kesiapan memberi diri dan berkorban untuk pasangan. Oleh sebab itu diperlukan Anugerah Allah, komitmen, penerimaan, yang akan terus menopang pernikahan sampai seumur hidup. Tuhan Yesus memberi contoh terbaik kita, memberi anugerah keselamatan dengan komitmen-Nya mati di kayu salib, agar kita dapat diterima kembali di pangkuan Bapa yang kudus.

Penutup : Janji Pernikahan – sebuah janji untuk menderita
            Saya ingin mengutip kalimat indah yang ditulis H. Norman Wright dalam bukunya So You Are Getting Marriage, “Janji pernikahan Anda adalah janji untuk menderita. Anda berjanji untuk menderita bersama. Masuk akal, karena orang yang Anda nikahi mungkin saja melukai orang yang terikat padanya. Dan Anda telah berjanji untuk menderita bersama pasangan Anda. Pernikahan adalah seumur hidup saling berbagi penderitaan”.[15] Alangkah kokohnya sebuah pernikahan, jika dibangun bukan saja oleh janji pernikahan yang indah di awal pernikahan, namun juga dijalani berdasarkan janji kudus itu, seperti Allah yang berjanji dan Dia selalu memegang, dan menepati janji bagi umat-Nya, bagi manusia sepanjang zaman. Terpujilah Allah.

PERTANYAAN REFLEKSI :

1.    Menurut saya menikah adalah
                  _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________
2.    Apa 3 hal terpenting yang perlu ada di dalam pernikahan ?
                  ___________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________
3.    Apakah Anda adalah orang yang dapat dipercayai ketika Anda mengucapkan sebuah janji kepada orang lain ? ________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
4.    Hal apa yang biasanya menjadi penghambat / penghalang Anda menepati janji kepada orang lain ?
      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      Apakah hal itu sering terjadi ______________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      Mengapa hal itu bisa terjadi? ______________________________________________________________
      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
5.    Secara pribadi, seberapa pentingkah sebuah janji pernikahan bagimu ?
   _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      Mengapa demikian ?
                  _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________
6.    Dalam konteks janji pernikahan yang akan Anda ucapkan, apa yang Anda harapkan dari diri Anda dan pasangan Anda dalam rangka membangun pernikahan yang kuat ?
                  _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _________________________________________________________________________________­_____________________________________________________________________________________
7.    Coba pikirkan mengenai janji pernikahan yang telah kita pelajari sebelumnya. Coba tuliskan kembali isi janji pernikahan yang ingin Anda ucapkan kepada pasangan Anda di dalam pemberkatan pernikahan.Tulislah dengan bahasa Anda sendiri. Dan tuliskan pula apa yang Anda mengerti dari janji pernikahan itu; apa maknanya bagimu dan harapanmu setelah mengucapkan janji itu ? (isilah di dalam tabel dibawah ini:
Janji saya pada pasangan saya :
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
           
Isi Janji
Maknanya janji itu bagimu
Harapanmu terhadap janji itu





















8.    Dalam memegang janji pernikahan ini, hal-hal apa saja yang perlu dilakukan oleh pasangan Anda untuk menolong Anda menepati janji pernikahan ini ?
      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________      _____________________________________________________________________________________
9.    Tuliskanlah sebuah doa yang singkat mengenai apa yang Anda mengerti mengenai pentingnya sebuah janji pernikahan dalam perjalanan hidup bersama. Refleksikanlah hati Anda, sukacita Anda, kesulitan Anda, dan harapan Anda terhadap janji pernikahan yang akan Anda ikrarkan dalam acara pernikahan kelak


Semua bahan ini akan kita bahas dalam pertemuan berikutnya. Kejujuran, keterbukaan hati, dan ketulusan Anda sewaktu mengisi jawaban Anda akan sangat menolong Anda menyiapkan pernikahan yang kokoh dan sehat di dalam Tuhan. Jika ada pertanyaan atau kesulitan untuk memahami pertanyaan-pertanyaan ini, Anda dapat menghubungi saya. Terima kasih atas kerjasamanya. Saya mendoakan kalian berdua. Tuhan Yesus memberkati kalian berdua. (RT03112007)




[1] Inspirasi dari buku tulisan R. Paul Stevens. Seni Mempertahankan Pernikahan Bahagia. (Yogyakarta: Gloria Graffa, 2004)    17-49.
[2] Jack and Carole Mayhall, Marriage Takes More Than Love (Colorado: Navpress, 1981), 13-14.
[3] Ibid. 22.
[4] Dan Flournoy, “The Foundation of a strong family,” http://www.christian-family.net/marriage.html.
[5] R. Paul Stevens, Seni Mempertahankan Pernikahan Bahagia 34.
[6] Untuk memahami mengenai Komitmen Total, baca buku Dr.Vivian A. Susilo, Bimbingan Pranikah (Malang: Seminari Alkitab    Asia Tenggara, 2001) 26-42.
[7] H. Norman Wright, So You Are Getting Marriage (Yogyakarta: Gloria Graffa, 2005) 10.
[8] R. Paul Stevens, Seni mempertahankan Pernikahan Bahagia 23.
[9] Disarikan dari buku Larry Crabb, Marriage Builder (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1982)  halaman 102 – 142.
[10] Yakub B Susabda, Konseling Pranikah (Jakarta: People Helpers Ministry Indonesia, 2004) 30.
[11] Larry Crabb, Marriage Builder 111.
[12] Ibid. 142.
[13] Untuk mendalami hal ini coba baca buku tulisan Elizabeth Achtemeier, The Committed Marriage (Philadelphia: The Westminster       Press, 1926) 105-111.
[14] R. Paul Stevens 49.
[15] H. Norman Wright, So You Are Getting Marriage 31. (dikutip dari Lewis B. Smedes, how can it be all right when everything is all wrong? (San Fransisco: harper & row publishers, Inc, 1982), halaman 61)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Achtemeier, Elizabeth. The Committed Marriage. Philadelphia: The Westminster    Press, 1926.

Crabb, Laurance J. Marriage Builder. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1982.

Mayhall, Jack and Carole. Marriage Takes More Than Love. Colorado: Navpress,   1981.

Stevens, R. Paul. Seni Mempertahankan Pernikahan Bahagia. Yogyakarta: Gloria Graffa, 2004.

Susabda, Yakub B. Konseling Pranikah. Jakarta: People Helpers Ministry Indonesia,     2004.

Susilo, Vivian A. Bimbingan Pranikah. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara,               2001.

Wright, H. Norman. So You Are Getting Marriage. Yogyakarta: Gloria Graffa, 2005.



INTERNET:

Flournoy, Dan, “The Foundation of a strong family,” http://www.christian-    family.net/marriage.html.

Flournoy, Dan, “The Christian Home,” http://www.christian family.net/         marriage.html.



SUMBER INSPIRASI LAIN:

Tanusaputra, Daniel. Diktat Kuliah Konseling Pranikah. Malang: Seminari Alkitab   Asia Tenggara, 2007.

Beberapa buku Acara pernikahan di gereja (GKT, GKKA, Mawar Sharon) yang memuat janji pernikahan yang diucapkan mempelai.

Sumber-sumber bacaan lain baik buku, artikel internet, dan Surat kabar.

No comments:

Welcome to my joyful blog

Dear all friends,



Hi, thanks for visiting this blog. We made this blog because We want to share love, joy, and faith to all in need. We love to serve and help you, especially children and adolescent, to find the purpose of your life.



If you are in need of someone who listen and care, please contact me. if you need me in private, contact us freely to our email: rudytejalaksana@yahoo.com or contact us through facebook. I want to help you.... please let me know ya.

God loves you, guys