Search This Blog

REMEMBERING OUR PRECIOUS DAUGHTER, HARRIETT ELIZABETH TEJALAKSANA (June. 27, 2015)

Benaiah is already with us. He is so precious boy.

Saturday, December 19, 2009

Konseling Remaja: Kecanduan Pornografi dan masturbasi


SERI KONSELING REMAJA
MENOLONG REMAJA YANG KECANDUAN SEKS: 
PORNOGRAFI DAN MASTURBASI


As a loving Father, God has put sexual morality in place to protect HIS children from hurting themselves, to protect our relationships with others, and to bring glory to HIM. (Jason Perry)


Oleh Rudy Tejalaksana, M.K.



PENDAHULUAN:
Saya ingin memulai modul ini dengan dua cerita yang bagi saya sangat menyedihkan hati.
Cerita Pertama: Beberapa tahun yang lalu, seorang teman saya di Pro-Life Movement Indonesia berkesempatan untuk menghadiri pertemuan misi yang diikuti oleh hamba Tuhan dari seluruh dunia. Suatu malam, sambil berjalan-jalan berkeliling hotel tempat para peserta menginap, secara tidak sengaja teman saya ini berjalan di depan sebuah control room hotel itu. Dia, yang melayani di dalam pelayanan multimedia di Surabaya, sangat tertarik masuk ke control room tersebut. Singkat cerita, teman saya meminta ijin kepada petugas control room tersebut untuk mengetahui channel TV apa yang banyak ditonton oleh para peserta pertemuan misi itu. Alangkah kagetnya dia karena mendapati bahwa lebih dari 60 % kamar yang dihuni oleh peserta pria pernah dan sedang mengakses channel TV yang  memutar Film porno. Hal itu benar-benar menggoncang hatinya dan dengan sangat sedih dia kembali ke kamarnya. Apa sebenarnya yang sedang terjadi ?
Cerita kedua. Seorang yang bernama Ted Bundy. Dia adalah seorang yang lahir dari keluarga Kristen yang baik. Pada usia 13 tahun, secara tidak sengaja, Ted menemukan setumpuk majalah porno di tempat sampah. Itulah awal kehancuran hidupnya. Dia mulai mengkonsumsi majalah porno (soft porn), yang dalam waktu singkat mulai membuatnya bosan. Dia mulai mengkonsumsi hard core, pornografi yang sangat eksplisit. Dia terus mencari yang lebih agar dapat memuaskan dirinya dengan masturbasi. Dia tetap menjadi orang yang “normal” bahkan sangat normal. Tidak ke bar / night club, orang rumahan, sangat sopan dan sangat berpendidikan. Namun progressive nature dari pornografi dan masturbasi terus mengikatnya. Singkat cerita, Ted mulai melampiaskan nafsu seksnya dengan memperkosa dan membunuh. Dia membunuh 28 perempuan dalam serial killing-nya. Dia ditangkap bukan karena menunjukkan perilaku yang kelihatan menyimpang. Bermula dari pelanggaran lalu lintas, akhirnya kisah pembunuhan berseri ini diungkapkan. Beberapa jam sebelum dia dieksekusi mati, Ted Bundy meminta ijin bertemu dengan Dr. James Dobson untuk membuat sebuah kesaksian. Dia berkata, " Bermula dari hal kecil dan merusak segalanya dalam hidup. Jangan pernah mencoba pornografi. Pornografi membawa efek yang mematikan, yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya“. Tanggal 24 Januari 1989, pukul 7:16, Ted Bundy dieksekusi mati. Dia mati di dalam pengampunan Allah, menerima kasih Kristus dan mati di dalam kemerdekaan dari pornografi dan masturbasi.i
Betapa mengerikannya dunia di abad 21 ini. Lewat iklan, film, majalah, buku, lukisan, dan video, pornografi telah mencengkram pikiran, tubuh, secara perlahan-lahan menguasai hidup banyak orang, termasuk orang Kristen (termasuk para hamba Tuhan), yang mengakibatkan hancurnya seluruh aspek hidup manusia.ii Pornografi telah menjadi mega industri yang menghasilkan lebih dari $US 8-10 Milyar/tahun dan pengaruhnya tidak terbendung lagi. Lalu, apa yang terjadi dengan anak-anak kita, khususnya para remaja, yang justru menjadi fokus pemasaran pornografi di seluruh dunia ? Lalu siapakah yang menolong mereka ? Remaja sedang berada di tepi tebing yang rapuh. Jika tidak ada seorangpun yang menolong mereka, mereka akan binasa. Tebing itu sedang benar-benar rapuh dan akan mengambil hidup anak-anak muda kita. Siapakah yang mengulurkan tangan untuk menggapai dan menolong mereka ? Modul ini dibuat untuk menolong setiap orang yang rindu mengulurkan tangan bagi mereka, remaja di tepi tebing yang rapuh.


PERGUMULAN YANG DIHADAPI:
Sebelum kita mengkonseling remaja, kita perlu mengerti keadaan remaja terlebih dahulu. Usia remaja (11 – 18 tahun) adalah masa proses transisi seorang anak menjadi seorang dewasa. Semua organ seks berkembang dengan pesat pada usia ini. Remaja laki-laki mulai menunjukkan perubahan fisik seperti tubuh semakin besar, rambut tubuh mulai tumbuh, suara semakin berat, dan mengalami mimpi basah (ejakulasi pertama) dan berlanjut secara berkala. Untuk remaja perempuan pun mengalami perubahan fisik, payudara berkembang, rambut tubuh mulai tumbuh, suara semakin nyaring, dan mulai mengalami menstruasi, sebagai siklus bulanannya.iii Perubahan fisik ini terus diikuti oleh semakin matangnya fungsi organ seksualnya. Remaja laki-laki mulai dapat memproduksi spermazoa dan remaja perempuan mulai dapat memproduksi sel telur. Perkembangan ini menghasilkan perubahan struktur hormonal di dalam tubuh. Remaja mulai tertarik kepada lawan jenis, mulai ingin diperhatikan lawan jenis, ingin dihargai, dan diterima oleh teman, khususnya lawan jenis. Untuk remaja perempuan, kebutuhan kedekatan, perasaan mengasihi dan dikasihi sering muncul secara bergantian (sangat berhubungan dengan hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi tubuh secara normal).iv Perkembangan fisik dan hormonal sangat mempengaruhi perubahan perasaan dan emosi. Di lain sisi, remaja laki-laki mulai tumbuh semakin sensitif terhadap stimulus / rangsangan seksual dari luar. Hormon Androgen yang diproduksi tubuh membuat sex drive pada masa itu adalah sex drive paling kuat dalam diri seorang laki-laki.v Remaja perempuan sering mengasosiasikan seks dengan kasih sayang, cinta dan kedekatan perasaan. Sedang remaja laki-laki seringkali memandang seks terpisah dari cinta dan kasih sayang. Hal ini tentu membuat remaja laki-laki lebih rentang jatuh di dalam dosa seksual dibandingkan dengan perempuan. Kebutuhan penyaluran hasrat seksual inilah yang tidak jarang menjadi awal kejatuhan anak laki-laki kepada kecanduan seks di kemudian hari.
Yang patut disayangkan adalah pertumbuhan organ dan fungsi seksual remaja seringkali tidak diimbangi dengan pengertian yang benar mengenai seks. Di dalam budaya timur, hal-hal yang berhubungan dengan seks sangat jarang dibicarakan, apalagi didiskusikan. Hal ini membuat sebagian besar remaja tumbuh di dalam kebingungan ganda, krisis identitas dan kebingungan mengenai "keanehan“ pertumbuhan tubuhnya. Lalu kemana mereka mencari pertolongan ? Seringkali pertolongan justru datang dari orang-orang yang juga memerlukan pertolongan (orang buta mencari orang buta untuk menuntun). Mereka belajar mengenai seks dari percakapan antar teman buku, majalah, video, dan yang modern dari internet. Penyaluran hasrat seksual menjadi hal penting berikutnya.


MASTURBASI : SEBUAH JALAN PINTAS
Masturbasi adalah tindakan yang umum dilakukan oleh laki-laki dan perempuan untuk memenuhi kebutuhan seksnya. Dr. Clyde Narramore mendefinisikan masturbasi sebagai, " Self-stimulation od the sex organ, resulting an orgasm”.vi Menurut survei di Amerika, lebih dari 93 % laki-laki dan 62 % perempuan melakukan masturbasi sebagai penyalur kebutuhan seksual mereka.vii
Dari sudut pandang fisiologis dan psikologis, masturbasi adalah hal yang normal, umum dan dilakukan mayoritas orang. Secara psikologis, masturbasi sering dianggap semacam releasing sexual tension, yang menormalkan keadaan tubuh, yang secara seksual selalu minta disalurkan. Tidak semua orang yang melakukan masturbasi akan menjadi pecandu masturbasi. Namun masturbasi, yang menghasilkan kepuasan seksual sesaat, sangat rentan kepada pengulangan, yang berakibat pada kecanduan. Ketika seseorang kecanduan masturbasi, dia telah mengembangkan sexual addiction dalam dirinya. Masturbasi dapat menimbulkan beberapa problem yang akan sangat mempengaruhi pertumbuhan hidup seorang anak remaja:

  1. Masturbasi menimbulkan efek adiktif pada diri pelaku. Proses kimiawi otak (yang kita sudah bahas di atas) menuntut peningkatan rangsangan untuk mencapai kepuasan (high) yang sama. Ini disebut self-induced drug addiction.viii Semakin lama dan sering seseorang melakukan masturbasi, semakin dia meningkat kebutuhan untuk mendapatkan rangsangan untuk mencapai kepuasan. Masturbasi sangatlah adiktif.


  2. Masturbasi mengkondisikan tubuh kita untuk merespon self-stimulation. Jika remaja terus menerus menggunakan masturbasi untuk memuaskan hasrat seksual pribadinya, masturbasi dapat menjadi kompulsif, dan mendorong anak untuk menjadi sangat individualistis, berpusat kepada diri sendiri. Remaja ini akan mengembangkan fantasinya untuk berhubungan dengan siapa saja, khususnya lawan jenis. Semakin dalam masturbasi dijadikan "tempat pelarian“, semakin sulit pula dia mengembangkan hubungan interpersonal dengan orang lain.ix Apa yang akan terjadi dengan seorang, yang terbiasa melakukan pemuasan seks individu dan kemudian masuk di dalam pernikahan, yang menekankan seks sebagai sarana berbagi antara 2 orang, sarana saling memuaskan dan menggembirakan satu dengan yang lain ? Masturbasi seringkali menjadi celah yang menghancurkan hubungan dan keintiman di dalam pernikahan.xDan perlu diingat, bahwa seringkali pernikahan tidak membuat seseorang (yang sudah terbiasa / kecanduan) masturbasi menghentikan aktifitas tersebut.


  3. Masturbasi dapat menimbulkan ketidakseimbangan hidup, khususnya kehidupan seks. xi Remaja yang terbiasa melakukan masturbasi, memiliki tingkat kebutuhan seks yang meningkat terus dan cenderung tidak normal. Hal ini akan sangat mempengaruhi hidup mereka secara keseluruhan. Contohnya: anak remaja yang biasa bertahan semalaman untuk men-surfing pornografi di internet dan kemudian melakukan masturbasi. Apa yang terjadi dengan kehidupannya besok hari ? Bagaimana kalau hal ini dilakukan setiap hari ? apa yang terjadi dengan hidupnya ? Masturbasi menimbulkan ketidakseimbagan hidup.


  4. Data penelitian menjelaskan bahwa remaja laki-laki, yang cenderung tertutup, menghindari hubungan interpersonal, yang merasa tidak diacuhkan, yang merasa insecure dan kesepian dan rendah diri, seringkali menjadikan masturbasi sebagai pemenuh kebutuhan batin, lebih dari kebutuhan seksual itu sendiri. Dr. Clyde Narramore mengatakan, “Insecure, unhappy children will often attempt to gain gratification and relief from tension through masturbation, just as some turn to nail biting or thumb sucking”.xii Masturbasi sering dijadikan cara meredakan ketegangan dan tekanan dalam diri remaja, karena setiap orgasme akan menimbulkan efek menenangkan (pekerja seperti obat bius / narkoba) di otak. Namun efek “menenangkan” ini hanya akan berlangsung sangat singkat. Oleh sebab itu, orang yang menjadikan masturbasi sebagai “penenang” akan terus mengulanginya, membuatnya sangat kompulsif dan terikat kepadanya.


  5. Tindakan masturbasi seringkali diikuti oleh perasaan bersalah dan kekuatiran batin yang menggelisahkan hati dan hidup si remaja. Hal ini terjadi karena sebagian besar pandangan budaya dan sosial masih mentabukan hal ini. Ketika si remaja datang ke gereja dan mendapat penghakiman dari gereja mengenai masturbasi, maka semakin dalamlah perasaan bersalah, kekuatiran, perasaan kotor dan tidak berharga hinggap di hidup remaja tersebut. Hal ini menimbulkan ketakutan, yang dapat sangat merusak hidup anak remaja itu. Ketika hal ini muncul, kemungkinan terjadi ganguan secara emosional sangat besar.xiii


  6. Berbicara mengenai masturbasi bukanlah perdebatan antara berdosa atau tidak. Masturbasi sendiri bukanlah dosa, namun pikiran penuh nafsu dan ekspoitasi lawan jenis dalam fantasi seks justru membuat tindakan masturbasi sebagai tindakan berdosa (Mat 5:27-28). Sebagai mahkluk seksual, sangat normal jikalau stimulus dari luar atau dalam diri membuat hasrat seksual meninggi. Ini yang harus dimengerti oleh para remaja, bahwa hasrat seksual itu normal. Keinginan untuk menyalurkan pun normal. Tuhan menciptakan seks sebagai kebutuhan. Karena itulah kita disebut mahkhluk seksual. Namun tipisnya tembok antara hasrat seksual yang suci dan yang tidak suci membuat banyak remaja mengalami frustasi yang besar. Sebagian besar remaja, terdorong oleh kebutuhan seksual, memutuskan untuk mengikuti sex drive mereka, yang sebagian besar justru akan menghancurkan hidup mereka.



PORNOGRAFI : AWAL KEHANCURAN BESAR
Ketika seorang remaja mulai mengikuti sex drive mereka, kebutuhan untuk mengerti detail mengenai lawan jenis menjadi semakin besar dan sangat menarik hati mereka. Seandainya ada pendidikan seks yang benar dari orang tua dan guru sejak mereka kecil, remaja tentu tidak akan bertanya-tanya mengenai organ seksnya sendiri dan organ seks lawan jenisnya. Namun karena sebagian besar tidak mendapat pendidikan seks di rumah, akhirnya keingintahuan itu diarahkan ke tempat lain. Pornografi menyediakan “pendidikan seks” yang instan, yang bersifat pribadi dan tidak seorangpun yang tahu. Sekarang pornografi menjadi tumpuan pengetahuan seks remaja, yang bahkan mendorong masturbasi dilakukan lebih intens dan lebih mengikat dijalur yang tidak semestinya. Dr. Blain E. McLaughlin, seorang psikiatris non Kristen bahkan mengatakan:
Pornography can have an influence on the general population. Pornography miseducates the public, reinforces abnormal sexual attitudes. We object to hard core misidentification of sexual material – tah’ shere the damage is, particularly because of the inexperience ot the young. Pornography is not sex – it is sick sexuality. There is the danger the pathologically inclined might substitute pornography for normal sex. The young are taught the weong thing about sex. When you are teaching something that’s abnormal, you’re poisoning the educational water supply. And it tends to ruin a neighborhood.xiv


Pornografi, dengan slogan “Sex Revolution” menjadi terowongan pelarian, yang menghancurkan semua konsep kesucian seksual, menyimpang dari rencana Tuhan yang mulia akan hadirnya seks dalam hidup manusia. Pornografi menghancurkan seluruh aspek hidup manusia; terluka secara fisik, emosi, kepribadian, dan rohani Ralph H. Earle, mengatakan, “ We shouldn’t forget the abusive effects culture can have. Being exposed to pornography at early ages, can start a lifetime pattern”.xv
Ada beberapa fase progressive nature bagi kecanduan pornografi dalam diri seseorang:xvi
Fase 1: Addiction. Pada fase ini, remaja yang mengkonsumsi pornografi telah terikat padanya. Remaja yang pernah mengkonsumsi pornografi satu kali, seringkali akan kembali dan mengkonsumsi pornografi lagi. Hal ini terjadi karena adanya proses kimiawi dalam otak ketika merespon pornografi yang masuk. Pornografi menimbulkan daya fantasi seksual yang kuat di dalam otak. Daya fantasi itu menimbulkan excitement yang segera diresponi otak dengan memproduksi adrenalin dan stress hormone dalam jumlah besar di dalam otak. Efeknya adalah meningkatnya hormon dopamin yang berfungsi sebagai antidepresan. Keseimbangan itu menghasilkan hormon yang disebut catecholamine, yang menimbulkan perasaan menyenangkan, melegakan, atau istilah psikologisnya, high (untuk pecandu narkoba disebut fly).xvii Inilah yang disebut proses neurochemical. Ketika kita berpikir atau menyalurkan sex drive itu, neurochemical yang terlibat akan kembali pada keadaan normal. Semua proses neurochemical ini adalah proses yang normal. Namun Pornografi menjadikan tubuh kita tidak normal. Pornografi membuat remaja secara terus menerus di arahkan untuk berpikir dan berfantasi seks, untuk menimbulkan perasaan high dan terpuaskan. Pada bagian ini, masturbasi adalah jalan yang paling mudah untuk menyalurkan perasaan high itu.
 
Fase 2.Escalation. Pada fase ini, remaja menuntut pornografi yang lebih dari sebelumnya. Soft core (majalah porno, buku porno, gambar porno) tidak lagi dapat membuat mereka high. Mereka membutuhkan yang seks yang lebih eksplisit, lebih terang-terangan. Maka pada fase ini, kebutuhan high hanya bisa dipuaskan ketika mereka sudah beralih ke video porno, melihat hubungan seks secara eksplisit. Otak terus minta dipuaskan dengan hard core tersebut. Namun fase ini akan berlalu dengan cepat, karena ternyata efek addiction membuat otak terus meminta sesuatu yang baru, yang berbeda dan semakin dalam.

Fase 3. Desensitization. Fase ini dapat dikatakan fase tembok, karena dalam fase ini remaja akan menghadapi dilema terhadap nilai-nilai moral sebelumnya. Remaja mengalami perubahan nilai-nilai, pola berpikir dan menuntut kebebasan berekspresi. Apa yang dulu dianggap tabu, tidak bermoral, tidak pantas dilakukan, sekarang menjadi sesuatu yang normal, karena semua orang melakukannya. Majalah, buku, video porno bukan lagi menjadi dinikmati secara pribadi di dalam fantasi, namun mulai dipraktekkan secara terbuka. Masturbasi tetap dilakukan, namun hubungan seks yang sesungguhnya mulai dipraktekkan. Praktek inilah yang membuat perasaan high baru dapat dipuaskan.

Fase 4. Acting Out Sexually. Pada fase ini, telah terjadi perubahan (penyimpangan) besar-besaran dalam nilai-nilai, keputusan, kepribadian dan fokus hidup. Seseorang yang masuk dalam fase ini tidak akan dapat high lagi dengan fase-fase lain dan mulai mengalami penyimpangan seksual; Homosexual (mendapat kepuasan dari jenis kelamin yang sama), Voyeurism (mendapat kepuasan seks dengan cara mengintip / menonton aktifitas seks orang lain), Sadism dan masochism (Mendapat kepuasan ketika menyakiti orang lain),Fetishism (mendapat kepuasan dari pakaian dalam lawan jenisnya), Transvestism (mendapat kepuasan dengan memakai pakaian dalam lawan jenisnya), Pedophilia (mendapat kepuasan dengan berhubungan seks dengan anak kecil), Bestiality (Mendapat kepuasan dengan kontak seks dengan binatang), rape (memperkosa menimbulkan kepuasan) dan murder (membunuh untuk kepuasan seks).xviii Penyimpangan seks itulah yang membuat perasaan high dapat dipenuhi. Lalu setelah itu apa ? Pecandu pornografi akan mengalami kematian yang sungguh mengerikan dalam seluruh aspek hidupnya. Tidak ada yang tersisa dari dirinya.


KECANDUAN SEKS - KETERIKATAN YANG TERBUNGKUS RAPI
Sex drive adalah sesuatu yang normal. Namun ketika sex drive berubah menjadi obsessif, kompulsif dan keluar dari kontrol diri seseorang, saat itulah seseorang itu disebut sex addicted. Seseorang yang menderita kecanduan seks, pornografi dan masturbasi, lebih sulit mendapat pertolongan daripada kecanduan-kecanduan yang lain. Kecanduan seks; pornografi dan masturbasi adalah silent addiction, yang kadang terbungkus sangat rapi, (yang mungkin hanya orang itu saja yang mengetahuinya) khususnya di kalangan berkedudukan di masyarakat; pendeta, guru, tokoh masyakat. Untuk anak remaja pun, kecanduan seks; pornografi dan masturbasi dapat menjadi sesuatu yang dibungkus dengan rapi. Namun tetap saja, ada banyak perubahan yang terjadi dalam diri pecandu seks ini. Eileen Warren, seorang konselor Kristen berkata, “Pornography and sexual addiction are two great destroyers of self-esteem, marriage, intimacy, and spiritual growth”.xix Kecanduan pornografi dan masturbasi menyebabkan masalah di dalam hubungan antar personal, khususnya di dalam hubungan pernikahan.xx Kecenderungan umum pecandu seks adalah hidup dalam dunianya yang penuh fantasi seks bermasalah, kesepian dalam dunia yang "sendiri", kerapuhan emosional, menarik dirixxi, penuh perasaan cemas, bersalah dan tidak berharga. Sex addicts are people who have lost the power to choose when, where, and with whom they wish to be sexual.xxii Fokus yang hanya tertuju kepada pemuasan seks membuat segala hal yang lain menjadi tidak penting lagi, termasuk keluarga, karier, dan diri sendiri.. Tingkat rohani mengalami degradasi yang dalam. Semakin dalam dia jatuh di dalam keterikatan seks, semakin hancur pula kehidupan rohaninya. Pecandu seks mungkin sekali memilih hidup dalam double life, kelihatan begitu baik, rohani, berprestasi namun dengan sesuatu yang kosong, mengangga jauh di dalam hatinya, yang berteriak meminta tolong. Sebuah silent scream. Dalam beberapa kasus berat, sebagian besar memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, sebagai bentuk keputusasaan yang sangat mendalam; merasa ditolak dan menolak dirinya sendiri. Remaja - yang sedang mencari identitas diri, yang membutuhkan penerimaan dan kepeduliaan sosial - dalam tingkat ini sering memutuskan untuk membunuh dirinya untuk lepas dari tekanan ini. Sebuah cengkeraman yang maut dan menghancurkan segala-galanya.


PRINSIP-PRINSIP ALKITAB
Alkitab hampir tidak berbicara mengenai masturbasi dan pornografi. Namun Alkitab banyak menjelaskan mengenai seks yang Allah kehendaki; suci sesuai tujuan Allah. Allah menciptakan seks, dan kebutuhan seks adalah kebutuhan yang normal. Tuhan menciptakan kita sebagai mahkluk seksual, yang membutuhkan seorang pendamping (suami / istri) untuk memenuhi kebutuhan ini. Pubertas adalah masa pertumbuhan menuju ke arah kedewasaan, di mana organ seksual berkembang dengan pesat, dan organ reproduksi menjadi semakin matang dan sempurna. Tuhan menciptakan seks, yang akan dinikmati sebagai wadah keintiman terdalam antara laki-laki dan perempuan dalam pernikahan, menjadi satu daging (Kej 2:24). Namun masalah mulai muncul ketika sex drive menjadi tidak terkontrol dan impulsif.
Prinsip Pertama: Seks adalah sesuatu yang diciptakan Allah dalam kesucian (Kej 2:24). Tuhan menciptakan seks sebagai untuk menolong pasangan pernikahan untuk saling membagi sukacita dan kegembiraan; saling memberi dan menerima; saling bergantung satu dengan yang lain. Kecanduan pornografi dan masturbasi adalah alat yang dipakai Iblis untuk memutarbalikkan semua karya suci Tuhan itu dengan kenajisan (Rom 1:21-32). Beberapa hal penting dalam poin ini adalah:

    1. Semua bentuk penyimpangan dari terang dan kehendak Allah adalah dosa (1:21b)


    2. Pornografi dan masturbasi menimbulkan efek adiktif. Kecanduan mengubah fokus manusia, dari Allah kepada berhala baru (Rom 1:23). Keterikatan pada pornografi dan masturbasi membuat manusia benar-benar terikat pada pemuasan nafsu yang tidak pernah habisnya. Pornografi dan masturbasi menjadi "tuan“ yang mengontrol hidup dan keinginan kita (Rom 6:16). Kecanduan adalah sebuah berhala, perzinahan rohani di mata Tuhan. Tuhan murka atas hal ini (Rom 1:18).


    3. Dosa mengganti kesucian seks dalam kasih pernikahan dengan kecemaran nafsu yang tidak terkendali; pornografi, perzinahan, pemerkosaan, homoseksualitas (Rom 1:24-28). Dosa mendorong orang melakukan penyimpangan-penyimpangan yang menghancurkan hidup mereka sendiri (Rom 1:29) dan bahkan melibatkan pihak lain (Rom 1:30-32). Kecanduan pornografi dan masturbasi menggunakan tubuh pecandunya sebagai alat untuk hidup dalam dosa (Rom 6:12-13). Tubuh dipakai sebagai instrument of sin dan kehilangan fungsi sebagai instrument of God’s blessing. Tubuh menjadi rusak dan tidak dapat digunakan Allah untuk kemuliaan-Nya.

Prinsip kedua: I Kor 6:19, “ …tubuhmu adalah bait Roh Kudus…” Tuhan meminta kita menghormati Tuhan dengan menghargai dan menjaga tubuh kita ( I Kor 6:20). Disanalah terjadi pertemuan intim antara roh Allah dan roh manusia. Ketika tubuh diserahkan kepada dosa, tempat itu tidak dapat lagi dipakai sebagai tempat pertemuan intim Allah dengan manusia. Dosa membuat manusia terpisah dari Allah. Keterpisahan dengan Allah menimbulkan efek yang sangat mendalam dalam seluruh hidup manusia. Dari keadaan inilah bermula keterasingan yang paling dalam, kesendirian yang paling sunyi, dan kerusakan emosional, fisik, dan spiritual yang paling dalam, yang membawa orang kepada kematian (maut – Rom 6:23).

Prinsip ketiga: Kolose 3:2, “Pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di Bumi”. Pikiran manusia memegang peranan yang sangat penting dalam mengontrol diri terhadap semua ketidakkudusan seksual. Tuhan menciptakan pikiran dengan kemampuan fantasi dan berimajinasi, termasuk di dalamnya imajinasi mengenai seks. Dosa membuat manusia sering jatuh kedalam ketidakkudusan fantasi. Oleh sebab itu, meski kita mampu berfantasi seks, tapi Tuhan juga memberi kemampuan untuk mengontrol semua fantasi kita. Dale Kaufman, seorang Youth Pastor di Free Methodist Church di Michigan, berkata,” The body is designed by God to respond to sexual stimulation, but it was never designed to respond exclusively to impure thoughts”.xxiii Filipi 4:8 memberi penekanan bahwa yang harus kita pikirkan adalah segala yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, hal-hal bajik dan patut dipuji. Maka Allah yang menjadi sumber sejahtera memberi ketenangan, keteduhan, dan kedamaian, yang memuaskan dahaga akan kebutuhan dasar kita. Pornografi dan masturbasi ingin menawarkan solusi instan, tapi hanya Allah yang memberi kelegaan. Yang perlu kita lakukan adalah datang pada Tuhan Yesus dan memberi semua kontrol hidup kita kepada-Nya (Mat 11:28).

Prinsip keempat: Kolose 3:17, “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semua itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” memberi konklusi untuk semua cara hidup yang berkenan kepada Tuhan. Ketika ada hal yang kita lakukan bukan dalam nama Tuhan Yesus, kita sedang tidak melakukan apa yang Tuhan kehendaki.

Prinsip kelima: I Yoh 1:9, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”. Tuhan selalu memberi kesempatan untuk berbalik kepada-Nya. Berbalik kepada-Nya adalah langkah awal pemulihan dari segala macam kehancuran hidup karena dosa. Terima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang mengatur dan mengarahkan hidup kita. Prinsip ini adalah prinsip paling dasar dari semua pemulihan hidup, termasuk pulih dari keterikatan terhadap pornografi dan masturbasi. “…dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu“ (Yoh 8:32).


BAGAIMANA CARA MENOLONG ?
Ada beberapa poin penting yang harus kita cermati pada waktu kita menolong para remaja yang kecanduan pornografi dan masturbasi:

  1. Kita harus men
    gerti bahwa sebagian besar bentuk kecanduan (addiction) adalah sering digunakan sebagai solusi dari berbagai luka, kepedihan masa lalu, dan kecemasan atas hidup. Kecanduan pornografi dan masturbasi pun mengalami hal yang sama. Dengan progressive nature, orang yang kecanduan pornografi dan masturbasi akan membutuhkan pemuasan dengan level yang juga mengalami graduasi agar tubuh akan mendapatkan keseimbangan. xxiv


  2. Kecanduan seksual; pornografi dan masturbasi seringkali tidak berdiri sendiri. Menurut penelitian, lebih dari 83 % pecandu seks juga sedang terikat kepada hal lain, misalnya Chemical dependency (42 %), eating disorder (38%), compulsive working (28%), compulsive spending (26%), compulsive gambling (5 %) dan beberapa % di hal-hal lainnya. Jadi pada waktu kita melakukan assessment, kita perlu melihat hal itu, Karena berbagai keterikatan di atas dapat dengan mudah diganti dalam bentuk lain, tergantung apa yang ada di sekitar pecandu seks pada waktu itu. xxv


  3. Kecanduan pornografi dan masturbasi adalah dua penyebab yang paling besar dari hancurnya self esteem, pernikahan, keintiman, dan pertumbuhan rohani dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk mengerti bahwa treatment yang diberikan juga sangat kompleks dan seringkali memakan waktu yang sangat panjang. Kecanduan pornografi dan masturbasi juga akan membuat seseorang mengalami lingkaran proses yang berat dengan kecanduan terhadap hal lain. Siklus yang umum terjadi adalah : use / abuse – guilt and shame – attempt to stop – depression and frustration – back to use / abuse.xxvi


  4. Karena sifat progressive nature dari berbagai kecanduan seks, sangat penting bagi konselor untuk menyelidiki pada stage apa seseorang telah terjerumus. Semakin tinggi stage kecanduan terhadap pornografi dan masturbasi, semakin kompleks penyelesaiannya.



LANGKAH-LANGKAH KONSELING
Ada enam langkah konseling yang biasanya akan dilalui untuk menolong seorang remaja. Pertama: Membangun hubungan (Relationship – Building).  
Kedua: Menemukan dan mendefinisikan masalah utama (Defining problems).  
Ketiga: Menetapkan sasaran-sasaran (Establishing goals).  
Keempat: Aksi mencapai sasaran (Working toward goals).  
Kelima: Penyelesaian (Terminating).  
Keenam: Follow-up.xxvii

  1. Bangun hubungan dengan konseli. Membangun hubungan akan meningkatkan kepercayaan konseli kepada konselor. Penerimaan, kepedulian, kesedian mendengar, dan pengertian yang dalam akan kondisi konseli adalah langkah awal konseling. Oleh sebab itu, kita perlu benar-benar mendoakan konseli sebelum bertemu dan menolongnya.


  2. Mencari dan mendefinisikan masalah utama yang dialami konseli. Ada beberapa hal yang harus menjadi fokus untuk menemukan masalah dibalik keterikatan konseli kepada pornografi dan masturbasi. Pada bagian ini, konseli sering mengalami penyaluran katarsis, yaitu penyaluran tekanan emosi yang diakibatkan oleh rasa sakit, luka, dan malu dari dalam. Konselor perlu mengijinkan konseli untuk masuk ke area perasaan mereka akan sangat menolong mereka menemukan insight dari masalah yang sedang dihadapinya.

Pertama: Arahkan konseli untuk melihat diri untuk mengakui bahwa dia adalah seorang yang telah kecanduan dan memerlukan bantuan konselor untuk menolong mereka melepaskan diri dari pornografi dan masturbasi. Seringkali konseli remaja tidak mau mengakui bahwa mereka tidak berdaya dan addicted pada pornografi dan masturbasi. Namun pertanyaan, “how long can you go?” sangat menolong mereka mengakui bahwa mereka sedang benar-benar bermasalah dan memerlukan bantuan. Perlunya mengenali sejauh mana remaja telah kecanduan (dengan pertanyaan dan skala).
Kedua: Kenali penyebab remaja kecanduan pornografi dan masturbasi. Apakah ada hubungannya dengan pendidikan seks yang salah, pelarian terhadap kebutuhan emosi yang tidak terpuaskan (penerimaan, luka karena di abuse pada masa kecil, kebutuhan kasih sayang, dll), kebutuhan keintiman yang mendalam, dan sebagainya. Sebagian besar konselor Kristen sepakat bahwa problem utama para pecandu pornografi bukanlah problem fisik atau emosional semata. Kecanduan pornografi dan masturbasi adalah masalah rohani.xxviii Oleh sebab itu diperlukan spiritual action dalam pendekatan konseling yang dilakukan. Pendekatan yang hanya berorientasi kepada penanggulangan masalah fisik atau emosi saja seringkali tidak akan menyelesaikan masalah kecanduan ini. Membawa mereka kepada Tuhan Yesus, memohon pengampunan-Nya, disentuh oleh kasih Allah, diterima oleh Allah, dan berbalik dari kehidupan yang lama (pertobatan sejati), adalah fokus konseling Kristen yang efektif untuk menolong remaja mengatasi kecanduan ini.
Ketiga: Kenali akibat dari kecanduan pornografi dan masturbasi dalam diri remaja tersebut, misalnya: kehancuran hubungan dalam keluarga, penyakit kelamin, kehamilan, problem akademik, dan hubungan diri sendiri dan Tuhan yang rusak. Pecandu pornografi dan masturbasi seringkali mengisolasi diri, menjauh dari orang lain dan menanggung “penderitaan”nya sendiri. Seringkali pecandu mengalami perasaan berdosa, bersalah ketakutan dan penolakan yang sangat dalam. Hal ini merusak hampir semua aspek hidupnya. Oleh sebab itu, penting sekali bagi konseli untuk mengungkapkan perasaannya secara jujur dan bebas. Hal ini akan menolongnya menemukan insight dari tingkah laku dan problem yang dihadapi.xxix Semakin dia menyadari dan mengakui keadaannya, semakin terang jalan baginya untuk ditolong. Mungkin inilah saatnya pengampunan Kristus diperkenalkan kepada konseli (I Yoh 1:9). Namun karena pola tingkah laku adiktif seringkali sudah menahun, perasaan berdosa dan bersalah konseli sering masih mengganggunya. Diperlukan pendampingan untuk jangka waktu tertentu (sesuai kebutuhan) sampai konseli dibebaskan secara total dari perasaan bersalah dan malu ini.xxx Diperlukan kesabaran untuk berhasil di tahap ini.
Keempat: Konselor dapat menggunakan cara assessment yang disebut WASTE Timexxxi. Kita perlu mencari data mengenai keadaan diri konseli yang meliputi:

    1. Withdrawal (menarik diri dari lingkungan)


    2. Adverse consequences (Akibat-akibat yang timbul dari kecanduan)


    3. Inability to Stop (kesadaran bahwa remaja tidak dapat menghentikan kebiasaan itu dan membutuhkan orang lain untuk menolong)


    4. Tolerance or intensity (Seberapa dalam si remaja jatuh ke dalam kecanduan )


    5. Escape (kecanduan seks; pornografi dan masturbasi adalah bentuk pelarian dari realitas)


    6. Time Spent (selidiki bagaimana remaja menggunaan waktunya setiap hari dan dalam bagian mana mereka sering jatuh pada penggunaan pornografi dan masturbasi untuk menutupi kegagalan, kekecewaan, dan ketidakberdayaan mereka dalam hidup.


    7. Time Waste (selidiki seberapa banyak waktu lowong dan terbuang percuma tanpa diisi oleh aktifitas yang bermakna).


    8. Selain itu, konselor professional sering menggunakan beberapa test psikologi untuk melakukan assessment terhadap konseli, antara lain Sexual Addiction Screening Test, Sexual Dependency Inventory-Revised, Compulsive Sexual Disorder Interview, dan the Sexual Compulsivity Scale.xxxii

Kelima: Konselor perlu menolong konseli untuk melihat hal-hal apa saja yang mempengaruhi tingkah laku adiktifnya. Faktor yang sering mempengaruhi adalah faktor pendidikan seks yang salah (harus dibenarkan – sesuai prinsip Kristiani), hubungan dengan orang tua yang bermasalah, dan sebagainya. Hal ini penting dilakukan agar konseli dapat melihat predisposing factor (faktor pencetus) untuk mengadakan evaluasi secara keseluruhan terhadap keadaan dirinya saat itu. Konselor menolong konseli untuk melihat semua kemungkinan dan menemukan basic reason-nya sendiri. Hal ini akan menimbulkan efek yang besar (powerful) untuk kemajuan konseli.

  1. Konselor menolong konseli untuk menetapkan sasaran yang ingin dicapai dalam rangka lepas dari ketergantungan terhadap pornografi dan masturbasi. Pertama: Konselor perlu menolong konseli untuk memutuskan cara pandang dan tingkah laku baru terhadap seks.xxxiii Konseli dapat memiliki insight yang baik mengenai problem utama mereka, namun tetap terjebak melakukan hal yang sama. Konseli perlu memiliki tingkah laku yang baru, semacam sexual reeducation. Kedua: Tolong Konseli untuk membuat standar kehidupan bagi diri mereka. Standar ini perlu dilakukan secara tertulis dan konselor akan menekankan pentingnya keseriusan dan kedisiplinan dalam melakukan standar kehidupan yang telah diambil. Semakin mereka dapat memutuskan untuk diri mereka sendiri, semakin mereka dapat mengontrol diri mereka sendiri.xxxiv Bantu mereka membuat perencanaan aktifitas sehari-hari dan evaluasi keberhasilannya di dalam setiap pertemuan konseling. Tujuan yang ingin dicapai: remaja bebas dari jerat pornografi dan masturbasi. Ketiga: Buat control system. Setiap kali tergoda untuk jatuh lagi, teleponlah seseorang yang bisa menolong dan mendoakan mereka. Keempat: Buat komitmen pribadi, menyadari penyebab pornografi dan menjauhkan diri dari semua hal yang bisa mendorong konseli terjerumus lagi dalam pornografi dan masturbasi.


  2. Setelah sasaran ditetapkan, Konselor perlu menolong konseli menolong dan mendorong konseli untuk bertindak sehingga sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Evaluasi terus semua keberhasilan dan kegagalan. Beri motivasi dan dorongan yang sungguh-sungguh. Doakan konseli agar Tuhan benar-benar menolong mereka untuk konsisten dan tidak putus asa ketika mencoba semua usaha untuk menolong mereka lepas dari kecanduan ini.


  3. Setelah evaluasi yang cermat terhadap tercapainya sasaran, konselor dan konseli mulai membatasi pertemuan, mengijinkan konseli untuk bertumbuh dalam kehidupan yang bebas dari pornografi dan masturbasi secara mandiri. Pertemuan konseling masih dapat dilakukan sesekali sambil mengevaluasi kemajuan yang dialami konseli.


  4. Tindakan lanjutan perlu dilakukan untuk mengontrol keberhasilan yang telah dicapai. Masuk ke dalam komunitas "Porn-free community“ untuk saling menolong. Gunakan fasilitas "phone a friend setiap kali keinginan untuk mengkonsumsi pornografi dan masturbasi datang. Pertemuan kelompok pecandu pornografi dan masturbasi adalah sarana yang baik untuk mengingatkan konseli untuk tetap berwaspada, sambil memberi kesempatan bagi konseli untuk menjadi berkat bagi orang lain, yang sedang terikat dengan pornografi dan masturbasi.


PENUTUP:
Pelayanan kepada remaja adalah pelayanan yang sangat unik, karena melibatkan begitu banyak hal dalam hidup kita. Kasih dan doa yang tidak putus-putusnya dari konselor bagi konseli akan menghadirkan keajaiban Allah di dalam kehidupan konseli kita. Ketika kita mengasihi dan mendoakan mereka, Allah hadir di sana, TANGAN KUAT-NYA akan selalu menopang dan menguatkan mereka. Ketika godaan untuk jatuh lagi dalam lembah gelap pornografi dan masturbasi, selalu ada kekuatan untuk bangkit dan berjuang lagi bersama SANG JURUSELAMAT AGUNG KITA. Bersiaplah untuk sebuah misi Allah, memenangkan dan menyelamatkan remaja-remaja yang terluka, terbuang, dan terpinggirkan ini bagi Kristus. Dan ingatlah selalu: Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu. Jangan kecut dan tawar hati, sbab Tuhan, Allahmu, menyertaimu kemanapun engkau pergi (Yos 1:9).(Bebas di dalam Anugerah-Nya: RT-10112007)




END NOTES:
i Dr. James Dobson, Pornography: Addictive, Progressive, and Deadly, VCD: Life on the Edge, Word Inc.)
ii Coba perhatikan buku James Robinson, Pornography – The Polluting of America (Wheaton: Tyndale House Publishers, 1982)
iii G. Keith Olson, Counseling Teenagers (California: Thom Schultz Publications, 1984) 25-26
iv Ibid. 35.
v Ibid. 35.
vi Clyde Narramore, Encyclopedia of Psychological Problems (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1969) 157
vii Olson 403.
viii Paul Cook, “Freedom From Masturbation,” http://www.porn-free.org/pdf/Free_frm_Mast_study.pdf.
ix Olson 404.
x Masturbasi sering membuat pasangan merasa tidak berarti, tidak berguna dan tidak dapat memuaskan dan menggembirakan pasangannya. Hal ini dapat menimbulkan tekanan besar dalam pernikahan. Seks bukan lagi sebagai bagian yang menyenangkan, namun menjadi bagian yang menyakitkan. Oleh sebab itu, sejak usia remaja, anak-anak kita harus kita tolong untuk memiliki self control terhadap sex drive mereka.
xi Paul Cook 3.
xii Clyde Narramore 157.
xiii Ibid. 157.
xiv James Robison, pornography 12-13
xv Ralph H. Earle Jr and Mark R. Laaser, The Pornography Trap (Missouri: Beacon Hill Press of Kansas City, 2002) 39
xvi Diadaptasi dari tulisan Dr. Victor Cline, Healing Sexual and Pornography Addiction, http://www.manontheroad.org/pornography_addiction2.htm.
xvii Ralph H. Earle Jr and Mark R. Laaser, The Pornography Trap (Missouri: Beacon Hill Press of Kansas City, 2002) 62
xviii Clyde Narramore, Encyclopedia of Pyschological Problems 212-216.
xix Eileen Warren, Pornography and Sexual Addiction, http://www.focusministries1.org/articles/Pornography.pdf.
xx http://www.allaboutlifechallenges.org/sexual-addiction.htm.
xxi Menyikapi pecandu seks yang menarik diri dari dunia sosial, Dr. Patrick Carnes berkata, “Sex addicts are shame-based individuals who don’t believe that anyone really knows or likes them or that anyone could possibly meet their need”.(Ralph H. Earle 13).
xxii Counseling Sexual Addiction, http://www.frontrangecounselingcenter.com/sexualaddictioninfo.html
xxiii Dale Kaufman, “Is Masturbation a Sin,” http://www.youthspecialties.com/articles/topics/sexuality/masturbation.php.
xxiv Counseling Sexual Addiction.
xxv Ibid.
xxvi Eileen Warren, Pornography and Sexual Addiction, http://www.focusministries1.org/articles/Pornography.pdf
xxvii G. Keith Olson, Counseling Teeager 173.
xxviii James Robison, Pornography - The Polluting of America 78.
xxix Clyde Narramore, Encyclopedia of Pyschological Problems 216.
xxx Ibid. 217.
xxxi W.B. Hagedorn & G. A. Juhnke, Treating the sexually addicted client: Establishing a need for increased counselor awareness. Journal of Addictions and Offender Counseling, 25, (2005). 66-86.
xxxii Clyde Narramore, Encyclopedia of Pyschological Problems 216.
xxxiii Ibid. 217.
xxxiv G.Keith Olson 407.




































































DAFTAR PUSTAKA


BUKU


Earle Jr, Ralph H. & Laaser, Mark R. The Pornography Trap. Missouri: Beacon Hill Press of Kansas City, 2002.


Narramore, Clyde M. Encyclopedia of Psychological Problems. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1969.


Olson, G. Keith. Counseling Teenagers. California: Thom Schultz Publications, 1984.


Robinson, James. Pornography – The Polluting of America. Wheaton: Tyndale House Publishers, 1982.






INTERNET


Bufor, Anne & Friends, Sexuality Counseling Guide Book: Key issues For Counselors and other Mental Professional, Departement of Counseling And Education of University of North Carolina, Greensboro, 2006.
Cline, Victor B.. ,”Healing Sexual and Pornography Addiction,” http://www.manontheroad.org/ pornography_addiction2.htm.


_____________,”Treatment and Healing of Pornographic and Sexual Addictions,”


Cook, Paul. ,“Freedom From Masturbation,” http://www.porn-free.org/pdf/Free_frm_Mast_study.pdf.


________. Counseling Sexual Addiction, http://www.frontrangecounselingcenter.com/ sexualaddictioninfo.html.


Kaufman,Dale. “Is Masturbation a Sin,” http://www.youthspecialties.com/ articles/topics/sexuality/masturbation.php.


Warren, Eileen, “Pornography and Sexual Addiction,” http://www.focusministries1.org/articles/Pornography.pdf.


Http://www.allaboutlifechallenges.org/sexual-addiction.htm.


What Does The Bible Say About Pornography. http://www.gotquestions.org/pornography-Bible.html.






LAIN-LAIN


W.B. Hagedorn & G. A. Juhnke, Treating the sexually addicted client: Establishing a need for increased counselor awareness. Journal of Addictions and Offender Counseling, 2005.


Dobson,James. Pornography: Addictive, Progressive, and Deadly, VCD: Life on the Edge, Word Inc. 1999.

No comments:

Welcome to my joyful blog

Dear all friends,



Hi, thanks for visiting this blog. We made this blog because We want to share love, joy, and faith to all in need. We love to serve and help you, especially children and adolescent, to find the purpose of your life.



If you are in need of someone who listen and care, please contact me. if you need me in private, contact us freely to our email: rudytejalaksana@yahoo.com or contact us through facebook. I want to help you.... please let me know ya.

God loves you, guys