SERI KONSELING PERNIKAHAN
MEMBANGUN KEINTIMAN SPIRITUAL
DALAM PERNIKAHAN
Oleh: Rudy Tejalaksana, M.K.
Pendahuluan:
Dalam sesi konseling dengan orang tua murid sebuah sekolah mengenai pernikahan mereka, saya mendapati hampir sebagian besar orang tua mengungkapkan masalah yang hampir sejenis dalam pernikahan mereka Pertanyaan mengenai “Mengapa pernikahan saya semakin terasa hambar ? Kami sudah menerapkan semua bagian penting pernikahan; berkomunikasi dengan baik, menata keuangan yang baik, mendidik anak dengan baik, dan sebagainya. Namun mengapa seperti ada sesuatu yang kosong di dalam hubungan pernikahan kami ? Mengapa kami tidak serohani dulu (baca artikel selipan yang ditulis oleh Susy Yates Anderson), mengapa ada kebutuhan-kebutuhan saya yang sepertinya tidak terpuaskan oleh pasangan saya ? Mengapa suasana rohani tidak ada lagi dalam pernikahan kami, padahal kami berdua adalah orang yang melayani Tuhan ? Mengapa suami saya tidak tertarik / jarang membicarakan hal rohani dengan saya seperti dulu? Saya ingin kembali ke tahun-tahun awal pernikahan kami, ketika kami merasa begitu dekat dan intim satu dengan yang lain. Ada apa dengan pernikahan kami ?” Apa yang salah ?
Sebuah pergumulan:
Pertanyaan-pertanyaan di atas sebernarnya ingin mengungkapkan adanya unsur penting yang hilang di dalam pernikahan. Pasangan sudah berusaha untuk menerapkan semua hal-hal mendasar dalam pernikahan untuk membangun keintiman emosi, intelektual, sosial, dan fisik; dalam komunikasi, memahami perbedaan karakter, cara mengatasi konflik, keuangan, pendidikan anak, dan sebagainya. Namun selalu ada kekosongan, yang ingin minta di isi. Apa itu ? Kebutuhan keintiman secara spiritual.ii
Apa itu Spiritual Intimacy ?
Alkitab menggambarkan keintiman antara laki-laki dan perempuan diwujudkan ketika keduanya menjadi satu (oneness) dalam pernikahan (Kej 2:24). Ada 3 jenis keintiman, yaitu Pertama: Keintiman fisik menggambarkan kesatuan secara fisik, karena kesatuan secara fisik adalah kesatuan yang paling dangkal, lemah dan tidak mengikat. Keintiman kedua, yang jauh lebih dalam adalah keintiman jiwa (soul), yang mewakili semua hubungan yang lebih dalam dari keintiman secara fisik; berpikir, memilih atau merasakan sesuatu. Keintiman bagian jiwa ini sering menjadi penekanan banyak konseling pra-nikah, seminar-seminar keluarga, dan sebagainya karena dapat menjawab banyak kebutuhan pasangan dalam pernikahan. Namun keintiman ini saja tidak dapat memenuhi kebutuhan yang paling dalam dari hidup pasangan pernikahan. Laurance J. Crabb berkata, ”No marriage can ever follow the biblical pattern unless both partners have experienced satisfaction at the deepest level of their personal need. The deepest needs of human personality, security and significance, ultimately cannot be satisfied by a marriage partner. We need to turn to the Lord, rather than our spouse, to satisfy our needs.iii Bagian yang hanya Tuhan dapat mengisinya adalah yang disebut roh (spiritual). Keintiman spiritual adalah ketika laki-laki dan perempuan dapat saling berbagi spiritual self-nya menuju keintiman yang sebenarnya, keintiman di dalam Allah. iv Spiritual Intimacy adalah obor yang membuat semua keintiman lain tetap menyala dan hangat, di tengah badai dan goncangan paling berat sekalipun.Dasar spiritual intimacy : Holy Oneness - Unification
Tuhan Yesus sendiri menekankan pernikahan sebagai keputusan untuk pertumbuhan secara spiritual. Pertumbuhan spiritual intimacy adalah sebuah proses menuju tujuan pernikahan yang sebenarnya dari Allah, menggenapkan rencana dan rancangan-Nya atas hidup anak-anak-Nya. Matius 19:5-6v menjelaskan bahwa:Pertama: Tuhanlah yang mempersatukan laki-laki dan perempuan. Ayat ini mungkin sering sekali dibacakan dan dikhotbahkan dalam acara pemberkatan pernikahan, namun seberapa jauh ayat ini menjadi pedoman kehidupan dan hubungan pernikahan ? Laki-laki dan perempuan menjadi satu (oneness) dan menuju keintiman secara utuh; emosi, fisik, dan spiritualvi.
Kedua: Tidak ada seorangpun yang boleh memisahkan apa yang disatukan Allah memberi indikasi bahwa Tuhanlah yang berhak atas pernikahan itu. Oleh sebab itu, sangatlah tidak mungkin membangun pernikahan tanpa Tuhan (bnd. Mazmur 127:1). Sangatlah tidak mungkin membangun pernikahan tanpa keintiman secara spiritual, Tuhan dan kehendak-Nya menjadi satu-satunya motif dan pendorong segala sesuatu dalam pernikahan. Namun anehnya, area inilah yang paling sulit berkembang dalam pernikahan, termasuk pernikahan Kristen. Mengapa ? Karena area spiritual intimacy ini hanya dapat dikembangkan ketika laki-laki dan perempuan memahami arti memberi diri; mengosongkan diri, mengambil rupa hamba dan memberi diri kepada Allah dan pasangannya. Inilah bagian yang paling sulit dalam pernikahan. Sebuah proses inkarnasivii, bertumbuh bersama dalam memberi diri, sebagai refleksi mendalam Kristus yang menyerahkan dirinya bagi kita.
Hal-hal praktis dalam membangun keintiman spiritual dalam pernikahan:viii
1.Holy Honesty (Accepting God’s Love Through Lord Jesus Christ)
Apa hubungannya dengan spiritual intimacy ? Seringkali kita memakai “kekristenan” sebagai topeng ketidakjujuran kita pada diri sendiri dan pada Tuhan. Ritual agamawi sering menjadi penghalang Tuhan menyentuh hati kita dan menjalin keintiman dengan kita. Sebelum penghalang itu diangkat, kita tidak mungkin benar-benar di dalam keintiman dengan Allah. Akibat yang paling mendasar adalah apakah kita mampu intim dengan pasangan kita, selagi kita tidak dapat intim dengan Allah ? Mengijinkan Allah mengangkat penghalang keintiman dengan-Nya akan menolong kita memulai keintiman yang sebenarnya dengan pasangan kita. Kejujuran dan keterbukaan kita di hadapan Tuhan adalah awal dari pertumbuhan keintiman spiritual dengan pasangan kita. Allah menerima kita bukan karena kebaikan atau kesempurnaan pribadi kita. Dia tahu kita tidak sempurna, dan dosa membuat kita kehilangan segala-galanya. Namun Anugerah Allah mengembalikan apa yang hilang dari diri kita, yang siap dibagikan kepada pasangan kita. Terimalah Kasih Tuhan Yesus.2.Holy Commitment (Self Giving and Sacraficing Life)
Komitmen pernikahan Kristen adalah komitmen yang total dan eksklusif satu dengan yang lain dalam hubungan yang mendalam dan bertumbuh terus menerus.ix Komitmen yang kuat membangun keintiman yang mendalam. Komitmen menjadi motivasi terbesar untuk membangun keintiman. Kerinduan untuk mencintai, mempedulikan, mengerti, menerima, dan memberi sesuatu kepada pasangan lahir dari komitmen diri. Namun bagaimana kita mampu membuat komitmen diri kepada pasangan kita ketika kita tidak mampu membuat komitmen hidup dengan Tuhan, Sang Pencipta ? Komitmen kepada Allah adalah titik pijak komitmen kepada pasangan kita. Intimacy on all levels spiritual, emotional, and physical is a result of a commitmentx3. Holy Desire (Lord Jesus as the Center of Family)
Sebagian besar pasangan Kristen mempercayai bahwa kebiasaan “rohani” dengan pasangannya, seperti membaca Alkitab bersama, berdoa bersama, melayani bersama, dan ritual-ritual rohani lainnya serta merta akan menghasilkan keintiman spiritual yang cepat. Hal inilah yang membuat begitu banyak pasangan yang mengalami kekecewaan setelah pernikahan memasuki masa 1-2 tahun. Kalimat “dulu kami begitu dekat secara rohani dan sekarang tidak” hampir begitu sering diucapkan.H. Norman Wright, dalam pelayanan konselingnya, justru menemukan ada banyak pasangan yang tidak berhasil membangun spiritual intimacy walaupun sudah mencoba melakukan hal rohani bersama. Wright berkata, “Spiritual intimacy is a heart's desire to be close to God and submit to His direction for your lives”xi Pasangan yang bertumbuh dalam spiritual intimacy adalah pasangan yang melatih hati untuk selalu rindu mencari pimpinan Tuhan bersama-sama, mengijinkan Firman Tuhan memimpin hidup mereka, mengijinkan Tuhan hadir dan campur tangan dalam seluruh kehidupan, pergumulan, perbedaan, konflik, komunikasi, perasaan, emosi dan semua keputusan-keputusan, termasuk hal-hal praktis. Kecenderungan hati untuk menjadikan Tuhan segalanya dalam hidup keluarga. Inilah holy desire membangun spiritual intimacy dalam pernikahan. Jangan pernah putus asa untuk berusaha.
4. Holy Practical Life (Keep the fire burning).
Kehangatan api pernikahan harus terus dipertahankan. Each partner keeps their fire burning by maintaining a growing and intimate relationship with the Lord Jesus, through personal prayer and Bible study.xii Laki-laki menjadi kepala dan imam dan perempuan menjadi pendamping yang sepadan.Pertama: Sebuah kehidupan doa bersama yang sungguh-sungguh sangat penting dalam mempertahankan keutuhan sebuah keluarga yang berpusat kepada Tuhan Yesus. Bentuk komunikasi antara manusia dengan Allah inilah yang menjadi faktor stabilitas keberlangsungan kehidupan keluarga.xiii Di dalam berbagai keadaaan; susah, senang, sakit, kecewa, marah, dan sebagainya, doa menjadi jalan yang meneduhkan, menentramkan, dan menstabilkan hubungan. Allah selalu siap kapan saja kita ingin berbicara kepada-Nya. Sangat dianjurkan untuk memiliki waktu dan hubungan doa yang mendalam setiap hari. We Can’t do anything. God Can, so lean on HIM all the time.
Kedua: Pasangan yang bergantung kepada Kitab Suci dalam memecahkan tekanan hidup, karena membaca Firman Tuhan, kita diberi sebuah “jendela” yang berhubungan dengan pikiran Allah di Surga. Ketika kita mengerti pikiran Allah dan melakukannya, kekuatan itu menjadi kekuatan besar pernikahan, khususnya ketika menghadapi ujian berat dalam tahun-tahun kemudian.xiv
Ketiga : Cara hidup sesuai Firman Tuhan akan menjamin kestabilan suatu pernikahan, karena secara alami, semua prinsip hidup dan nilai-nilai Allah menghasilkan keharmonisan dalam keluarga.xv Ayah menjadi imam dan ibu menjadi pendamping, yang menentukan semua pertumbuhan kehidupan keluarga. To have a successful marriage, we must put God’s laws, and principles into action.xvi
Konklusi: Holy Faith, Hope, and Love
Alkitab berkata, ‘Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah kasih” (I Kor 13:13) Ayat ini seakan ingin memberi penegasan bagi landasan spiritual intimacy dalam pernikahan yang dibangun dengan kasih yang mendalam dalam Kristus. Kedalaman hubungan dengan Sang Maha Kudus akan membangun kedalaman hubungan dengan pasangan kita.Pertama: Kasih, iman, dan pengharapan di dalam Kristus dan pasangan akan memperkuat cinta pernikahan kita, karena hal ini menolong pasangan pernikahan bersentuhan dan berhubungan pada level yang paling dalam di dalam pernikahan; kedalaman komunikasi, kedalaman penentuan pilihan, kedalaman nilai-nilai hidup yang dianut, dan sebagainya.xvii
Kedua: Kasih, iman, dan pengharapan kepada Kristus akan menolong pasangan menemukan tujuan pernikahan yang sebenarnya; Ketaatan yang penuh kepada kehendak dan rencana Allah bagi hidup kita.
Ketiga: Kasih, iman, dan pengharapan dalam Kristus menggerakan pernikahan yang dibangun menjadi pernikahan yang menjadi berkat bagi orang lain. Kasih Kristus yang mendalam dan terus melimpah dapat dibagikan kepada lebih banyak orang. “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
Keempat: Kasih, iman dan pengharapan dalam Kristus memberi kekuatan pada waktunya. “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna… karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam kesesakan, oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (II Kor 1:9-10). Ketika goncangan dan ujian datang dalam pernikahan, selalu ada kekuatan Allah untuk menolong memperkuat pernikahan kita.
Semua keintiman pada aspek lain akan dapat dibangun ketika ada keintiman secara spiritual, Intim dengan Allah sebagai satu-satunya sumber IMAN, PENGHARAPAN DAN KASIH dalam pernikahan. Keintiman yang membawa pasangan menemukan wholeness, vitality, dan fullnessxviii dalam pernikahan, bertumbuh semakin serupa dengan Kristus, dan menghasilkan generasi Ilahi bagi Allah.
God bless your marriage. (RT-1209)
PERTANYAAN-PERTANYAAN REFLEKSI UNTUK MENGUKUR
KEINTIMAN ROHANI DI DALAM PERNIKAHAN:
Bagian I : You and Your God
Siapa dirimu di hadapan Tuhan ?
____________________________________________________________________________
Apa yang Tuhan katakan tentang dirimu ? ____________________________________________________________________________
Siapakah Allah bagimu ? (untuk memahami real God atau Self image God - karena sangat tipis perbedaaannya ) ____________________________________________________________________________
Seberapa dalamkah hubunganmu dengan Tuhan ? (dalam kalimat-kalimat pendek – skala) ____________________________________________________________________________
Apakah engkau membiarkan dirimu di sentuh dan didekati oleh Allah ? (pertanyaan pengujian dan harus secara serius dibicarakan dalam sesi berikutnya. ) ____________________________________________________________________________
Apa yang menjadi penghalang keintimanmu dengan Tuhan ? (pengalaman masa kecil, trauma dalam hidup, dsbnya). ____________________________________________________________________________
Bagian II : You and Your spiritual growth
Menurut kamu apa artinya pertumbuhan rohani ? seberapa penting bagimu ? ___________________________________________________________________________
Apa pengalaman paling indah dari pertumbuhan rohanimu / hubunganmu dengan Tuhan ? ___________________________________________________________________________
Apa kebiasaan rohani yang Anda lakukan untuk menunjang pertumbuhan rohani Anda ? ___________________________________________________________________________
Jelaskan secara singkat (satu atau dua kata singkat)
Bagi saya, Alkitab adalah _______________________________________________________
Bagi saya, berdoa adalah _______________________________________________________
Bagi saya, Tuhan Yesus adalah ___________________________________________________
Bagi saya, Surga adalah ________________________________________________________
Bagi saya, hidup kekal adalah ___________________________________________________
Bagi saya, dosa adalah _________________________________________________________
Bagi saya, salib adalah _________________________________________________________
Bagi saya, Pelayanan adalah _____________________________________________________
Bagi saya, persekutuan orang Kristen adalah ________________________________________
Bagi saya, gereja adalah ________________________________________________________
Bagian III: You and Your Spouse
Menurut Anda, seberapa penting kehadiran Tuhan dalam pernikahan Anda ? ________________________________________________________________________
Menurut Anda, apa saja kebiasaan rohani yang baik yang perlu ada di dalam keluarga, agar pernikahan bertumbuh semakin indah di dalam Tuhan ? ________________________________________________________________________
Coba beri tanda Cek ( ) untuk aktifitas yang akan Anda lakukan dalam kehidupan pernikahan kalian berdua untuk membangun kehidupan rohani yang mendalam dan bertumbuh dalam Tuhan.
Membaca Alkitab / Saat Teduh bersama
Berdoa bersama secara teratur
Menghafal Ayat Alkitab bersama
Membaca buku rohani bersama
Membuat satu tempat khusus untuk bersama Tuhan (kamar doa pribadi)
Mendiskusikan pengalaman rohani setiap hari
Menonton dan mendiskusikan film rohani yang indah secara teratur
Melayani bersama-sama
Doa dan puasa bersama secara teratur
Suami menjadi imam dalam keluarga (pionir pertumbuhan rohani keluarga) khusus laki-laki
Mendoakan anak setiap malam
Memberkati anak sebelum tidur
Family Altar secara teratur (dengan anak)
_______________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
(bahan ini akan menjadi bahan diskusi untuk 1 atau 2 pertemuan mendatang)
Bagian IV : You and Your commitment
Menurut kamu seberapa pentingkah sebuah komitmen ? ___________________________________________________________________________
Dalam satu lembar kertas, buatlah satu surat komitmen sederhana. Kita akan membicarakan surat komitmen kalian dalam kehidupan dan pertumbuhan rohani keluarga dalam pertemuan berikutnya.
Semua bahan ini akan dibahas dalam pertemuan konseling pranikah selanjutnya.
END NOTES:
i Susy Yates Anderson, “Spiritually Lacking,” http://www.christianitytoday.com/mp/2005/004/10.12.html.
ii Gary Chapman, “The Five Sides of Intimacy,” http://www.christianitytoday.com/mp/2005/003/13.24.html.
iii Laurance J. Crabb, Marriage Builder (Grand Rapids: Zondervan Publishing House) 26.
iv H. Norman Wright, “Developing Spiritual Intimacy in Marriage, “http://www.familylife.com/articles/article_detail.asp?id=96
v Matius 19:5-6 (LAI) “Dan Firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”
vi Jim Burns, “Roadblocks to Spiritual Intimacy in Marriage,” http://www.crosswalk.com/marriage/1407863.
vii Dikutip dari Magdalena Pranata Santoso dalam acara Seminar Pendidikan Pelangi Kristus, 8 Juni 2005)
viii Point-point di ambil dari beberapa tulisan indah dari Douglas Weiss, Ph.D, Intimacy (PDF)
ix Elisabeth Achtemeier, The Committed Marriage (Philadelphia: The Westminster Press, 1926) 109
x Douglas Weiss 8.
xi H. Norman Wright, “Developing Spiritual Intimacy in Marriage,” http://www.familylife.com/articles/article_detail.asp?id=96.
xii Omaudi Reid, “Cultivating Spiritual Intimacy,” http://www.peopleoffaith.com/spiritual-intimacy.htm.
xiii James C. Dobson, Cinta Kasih Seumur Hidup (Bandung: Kalam Hidup, 1987) 46
xiv Ibid. 49
xv Ibid. 50
xvi D & K. Fortune, Discover Your Spouse’s Gifts (Grand Rapids: Choosen Book, 1996) 327-328
xvii Dr. Gary dan Barbara Rosberg, Spiritual Intimacy: Fulfilling God’s Plan for Your Marriage,
xviii Crabb, Marriage Builder 281.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :Achtemeier, E. The Committed Marriage. Philadelphia: The Westminster Press, 1926
Crabb, L. The Marriage Builder. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1982
Dobson, J. C. Cinta Kasih Seumur Hidup. Bandung: Kalam Hidup,
Fortune, D. & K. Discover Your Spouse’s Gifts. Grand Rapids: Choosen Book, 1996
Gottmann, J. Why Marriages Succed Or Fail. New York: Simon & Schuster, 1994
INTERNET:
Anderson, Susy Yates. “Spiritually Lacking,” http://www.christianitytoday.com/mp/2005/004/10.12.html.
Burns, Jim, “Roadblocks to Spiritual Intimacy in Marriage,” http://www.crosswalk.com/marriage/1407863.
Chapman, Gary. “The Five Sides of Intimacy,” http://www.christianitytoday.com/mp/2005/003/13.24.html.
Reid, Omaudi. “Cultivating Spiritual Intimacy,“ http://www.peopleoffaith.com/spiritual-intimacy.htm.
Rosberg, Gary dan Barbara. “Spiritual Intimacy: Fulfilling God’s Plan for Your Marriage,
Weiss, Douglas. “ Intimacy,” www.sexaddict.com.
Wright, H. Norman. “Developing Spiritual Intimacy in Marriage,” http://www.familylife.com/articles/article_detail.asp?id=96
BUKU YANG MEMBERI INSPIRASI PENEMUAN TEMA TULISAN INI:
Powel, J. Cinta Tak Bersyarat. Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1996
Susabda, Y. Konseling Pranikah. Bandung: Mitra Pustaka, 2004
Susilo, V. Bimbingan Pranikah. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2002
Tanusaputra, D. Diktat Kuliah Konseling Pranikah. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2007
Tong, S. Keluarga Bahagia. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1991
Wright, H. N. So You Are Getting Marriage. Yogyakarta: Gloria Graffa, 2005
CHRISTIAN MARRIAGE:
IT"S ALL ABOUT GOD AND HIS LOVE
Rudy Tejalaksana
No comments:
Post a Comment