TOKOH PEMBERI INSPIRASI
AMI WILSON CARMICHAEL(1867 – 1951)
Oleh: Rudy Tejalaksana, M.K.
PENDAHULUAN
Amy Carmichael adalah seorang missionari yang membaktikan hidupnya untuk India selama 56 tahun. Dia adalah founder dari Dohnavur Fellowship, sebuah pelayanan yang khusus melayani dan menyelamatkan anak-anak yang terabaikan, terluka dan mengalami penganiayaan di India. Amy juga menjadi penulis 35 buku-buku misi, misalnya His Thoughts Said . . . His Father Said (1951), Edges of His Ways (1955) dan salah satu buku misi terbaik di dunia yang berjudul Things as They Are: Mission Work in Southern India (1903), yang sangat memberi inspirasi bagi banyak anak muda untuk membaktikan dirinya dalam pelayanan anak-anak di India.
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN KELUARGA: TUHAN DI DALAM KELUARGA
Amy dilahirkan di sebuah desa kecil bernama Milisle di Irlandia Utara (North Ireland) pada tanggal 16 Desember 1867. Dia berasal dari keluarga Kristen beraliran Presbiterian yang sangat taat dan saleh. Orang tuanya bernama David dan Cahterine Carmichael. Amy adalah anak tertua dari delapan bersaudara. Amy gemlike 3 adik perempuan dan 4 adik laki-laki. Keluarga Amy hidup sederhana namun penuh kebahagiaan.
PENGALAMAN HIDUP MASA KECIL DAN REMAJA: PANGGILAN MULA-MULA
Ketika berumur masih cukup muda, Amy dititipkan oleh orang tuanya kepada seorang Kristen saleh bernama Robert Wilson. Amy seringkali memperhatikan bagaimana Robert Wilson melayani orang lain, khususnya dalam pelayanan tetapnya yaitu Keswick Convention. Di Keswick Convention itulah Amy sering bertemu dengan banyak missionaris dan mulai memahami pergumulan dan kesulitan yang dihadapi oleh para missionaris itu di ladang pelayanan. Pengertian itulah yang membuat Amy merasa tidak akan dapat menjadi missionaris. Hatinya sempat menjadi kecut dan tawar hati untuk melanjutkan kerinduan hatinya sejak lama untuk membaktikan diri sebagai misionaris. Hal ini terjadi karena Amy mengidap penyakit neuralgia, yaitu penyakit syaraf yang membuat tubuhnya lemah dan sering membuatnya harus terbaring sakit.
Ketika masa kecil, Amy seringkali memimpikan untuk memiliki sepasang mata biru daripada mata coklat, seperti yang dimilikinya. Dia sering berdoa agar Tuhan mengubah warna matanya, dan dia seringkali merasa kecewa Tuhan sepertinya diam saja dan tidak mengabulkan doanya. Namun ketika menginjak usia dewasa, yaitu ketika Amy mulai masuk ke ladang misi. Amy baru menyadari rencana Tuhan dengan menciptakannya bermata coklat adalah untuk memenangkan orang-orang India, yang memang bermata coklat. Amy akan menemui banyak kesulitan dalam melayani orang India bila dia bermata biru.
Pada tahun 1887, tepatnya ketika Amy berusia 20 tahun, Amy mengikuti sebuah kebaktian misi yang diadakan oleh Keswick Convention. Pembicara pada kebaktian misi itu adalah seorang misionaris Inggris untuk China yang bernama Hudson Taylor. Dalam kebaktian misi tersebut, Tuhan benar-benar menyentuh hati Amy. Beberapa waktu kemudian, Amy menyerahkan diri untuk terlibat di dalam pelayanan misi.
PENGALAMAN ROHANI : KONFIRMASI PANGGILAN TUHAN
Pada suatu sore, Amy bersama seorang saudara laki-lakinya berjalan melewati seorang pengemis perempuan yang tua. Mereka melihat pengemis itu tersandung dan jatuh. Sambil merangkak dan berusaha untuk meraih tasnya. Tampaknya pengemis tua itu terluka. Hal ini membuat Amy cepat-cepat membantu perempuan itu dan akhirnya membantu mengantarkan pengemis tua itu pulang. Banyak orang memandang aneh apa yang Amy lakukan, khususnya di tengah-tengah kehidupan yang sangat mementingkan diri sendiri saat itu. Sebenarnya ada sedikit perasaan aneh dan malu di dalam diri Amy ketika itu. Namun dia berusaha tetap berjalan dengan kepala tegak sambil menuntun perempuan tua itu ke rumahnya. Pengalaman itu benar-benar mengubah seluruh kehidupan Amy di kemudian hari.
Salah satu pelajaran yang “mengagetkan” Amy pada waktu menolong perempuan tua tersebut adalah ketika dia mendengar sebuah suara yang lembut yang berkata “pergilah engkau…”. Suara yang ditaati Amy itu adalah sebuah mujizat “kecil” yang menjadi konfirmasi Tuhan sedang ingin melakukan sesuatu di dalam hidupnya. Sesampai di rumah, Amy segera membuka Alkitabnya untuk mencari kata “Pergilah engkau…”. Amy ingin mengetahui kata Alkitab mengenai kelanjutan dari kata “pergilah engkau…”. Tahukah kita apa ayat Alkitab yang Amy temukan ? I Kor 3:12-14. Ayat ini mendorongnya untuk menyerahkan diri untuk melayani Tuhan sepenuh waktu, sampai suatu hari Tuhan mengkonfirmasi kehendak-Nya untuk mengutus Amy melayani di India.
HIDUP BERSAMA TUHAN DI LADANG MISI: HIDUP DALAM KETAATAN
Setelah menyerahkan diri untuk melayani Tuhan sepenuh waktu, Amy kemudian bergabung dengan Church of England Zenana Missionary Society. Oleh CEZM Society, Amy di kirim ke Jepang selama 15 bulan. Tuhan kemudian mengarahkan hati Amy ke India. Awalnya Amy tidak pernah menyangka bahwa India adalah tempat yang Tuhan sediakan bagi Amy layani sampai akhir hidupnya.
Di India, Amy banyak melayani perempuan-perempuan muda yang berhasil di selamatkan dari praktek prostitusi di dalam kuil. Namun semakin lama, Amy justru melihat ada korban-korban lain yang juga benar-benar perlu diperhatikan dan dilayani, yaitu anak-anak. Beberapa pengalamannya menolong anak-anak mendorongnya untuk membuat satu organisasi pelayanan yang bernama Dohnavur Fellowship. Dalam pelayanan ini, Amy menfokuskan diri pada pelayanan anak-anak, di mana Amy memfokuskan diri melayani anak-anak yang terluka, terbuang, dan tidak diinginkan. Amy menyusuri jalan-jalan raya untuk membawa pengharapan di dalam Kristus. Ribuan anak menemukan masa depan di rumah singgah tersebut.
Dalam pelayanannya, Amy dan tim pelayanannya menggunakan pakaian khas India (Sari). Hal ini dilakukan untuk menghormati budaya India. Bahkan, untuk “membuat” dirinya lebih diterima di antara orang-orang India, Amy secara rutin menggosok kulitnya dengan kopi untuk membuatu tubuhnya lebih gelap. Namun, perjalanannya dari satu tempat ke tempat lain untuk menyelamatkan anak-anak jalanan dari penderitaan inilah yang membuat kulitnya kecoklatan. Mata coklatnya menambah “keindiaan” Amy.
Pada suatu saat, pekerjaan misi di India mulai bertambah sulit. Banyak resistensi dari masyarakat terhadap kekristenan. Kekristenan yang sangat meninggikan kesetaraan manusia dianggap merusak sistem kasta India. Hal ini membuat banyak pihak berusaha menolak kekristenan. Beberapa misionaris akhirnya memutuskan untuk meninggalkan India. Namun Amy memilih bertahan di India. Hatinya bagi anak-anak di India begitu mendalam. Pikirannya mengenai anak-anak yang terlantar, yang dianiaya, dan begitu banyak kematian yang sebenarnya dapat dicegah membuat Amy memutuskan untuk tetap tinggal di India. Beberapa kesaksian memperkuat hal ini:
a. Seorang ibu yang memiliki anak yang sakit lebih merelakan anaknya mati daripada harus pergi meminta tolong kepada dokter yang memiliki kasta yang lebih rendah. Padahal sakit penyakit anak tersebut sebenarnya dapat disembuhkan.
b. Bayi yang baru lahir dijual di kuil-kuil dan menjalani praktek prostitusi seumur hidupnya di kuil tersebut.
Amy berkata, “ Seseorang tidak dapat mencintai tanpa memberi, dan seseorang tidak dapat memberi tanpa mencintai”. Kasihnya bagi India membuatnya berjuang melawan praktek children abuse atas nama kasta dan ibadah di kuil tersebut. Perjuangannya sangatlah tidak mudah. Berjuang melawan praktek-praktek tersebut sama dengan perlawanan terhadap seluruh sistem masyarakat India. Perjuangan melawan paradigm bahwa manusia terbagi-bagi berdasarkan kasta untuk menunjukkan importancy dan value of life dari manusia. Importacy dan value of life ditentukan dari keluarga mana seseorang dilahirkan. Padahal tidak ada seorang pun yang memiliki kesempatan untuk memilih latar belakang keluarganya. Dalam praktek kekristenan India, gereja akhirnya menyesuaikan diri dan beberapa diantaranya akhirnya mengadopsi sistem kasta dalam kekristenan. Hal inilah yang terus menggelisahkan hati Amy. Amy menyadari bahwa untuk menyelamatkan anak-anak tersebut, Amy harus mematahkan sistem tersebut. Amy ingin semua orang India tahu bahwa di hadapan Tuhan, semua orang sangat berharga dan sejajar satu dengan yang lain. Inilah panggilan Amy bagi India.
PENGALAMAN BERSAMA TUHAN
Amy memulai rumah singgah yang disebut Dohnavur. Dalam waktu yang singkat, rumah singgah itu penuh dengan unwanted girls. Dan Tuhan mengirim banyak tenaga sukarela yang membantu melayani anak-anak perempuan muda ini. Kebanyakan tenaga sukarela yang membantu adalah perempuan Kristen yang benar-benar mengasihi Tuhan.
Pada tahun 1918, ada anak laki-laki yang datang ke Dohnavur. Anak laki-laki ini adalah anak laki-laki pertama yang menghuni Dohnavur, yang diikuti oleh ratusan lainnya dikemudian hari. Mereka di tempatkan di rumah yang berbeda dengan anak-anak perempuan. Amy begitu bergembira menyaksikan karya Tuhan bagi anak-anak India ini. Dalam devosi-devosi, Amy sering sekali menyebut anak-anak ini sebagai mutiara berharga di hatinya dan hati-NYA. Anak-anak memanggilnya dengan sebutan “Amma”, yang berarti mama yang dikasihi dalam bahasa Tamil. Amy tidak pernah menikah, namun Tuhan memberinya ratusan anak-anak yang sangat dikasihinya, bahkan sampai akhir hidupnya.
PENUTUP:
Dari pengalaman rohani bersama Tuhan di masa mudanya, Tuhan membawa Amy menjadi the messenger of love bagi anak-anak yang terluka di India. Tuhan mengarahkan hidupnya dengan cara-cara sederhana, dan menuntunnya ribuan Kilometer dari Irlandia Utara menuju ke sebuah kota kecil bernama Dohnavur di India. Tuhan menaruh “karier” misi di dalam hati Amy dan Amy menjalaninya dengan setia seumur hidupnya. Tuhan memakai segala hal dalam hidupnya; latar belakang keluarga, pengalaman masa kecil – remajanya, pertemuan dengan tokoh-tokoh yang memberinya pengaruh, dan pengalaman pribadi dengan Tuhan, untuk membawa Amy berjalan di dalam panggilan-Nya dengan setia.
Pada tahun 1931, Amy Carmichael mengalami cedera yang serius di punggungnya karena sebuah kecelakaan. Kejadian ini membuat Amy harus menghabiskan waktunya selama 20 tahun di atas tempat tidur. Namun kejadian ini dipakai Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya. Tuhan menaruh hati-Nya di tangan Amy dan dari atas tempat tidurnya Amy menulis beberapa buku misi yang menggetarkan hati. Sebuah buku yang berjudul If menggambarkan hubungan kasihnya dengan Tuhan yang disalibkan, membuka makna baru apa arti mengikut dan mengasihi Tuhan.
Tahun 1951, dalam usianya yang ke 83, Amy kembali ke pangkuan Bapa di Surga. Sebelum meninggal dunia, Amy berpesan agar murid-muridnya tidak menempatkan satu batupun di atas kuburnya, namun menaruh birdbath di atasnya dan menuliskan kata Amma di atasnya untuk menggambarkan bahwa kasihnya kepada anak-anak tidak pernah berakhir, termasuk dengan kematiannya. Kasih yang dipelajarinya dari Tuhan yang dikasihinya. Amy Carmichael menggenapkan apa yang Paulus katakana, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fil 1:21). Hidup bagi kemuliaan Tuhan. (rudytejalaksana@yahoo.com)
No comments:
Post a Comment