Siapakah Anak-Anak Dalam Krisis?
(Indonesia orphans document)
Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Matius 19:14.
Bayangkan reaksi dari murid-murid Yesus ketika mereka mendengar Yesus berkata demikian. Bukankah mereka hanya berusaha untuk melindungi Dia dari gangguan yang disebabkan oleh kedatangan anak-anak. Yesus adalah orang penting, dan Dia tidak ada waktu untuk berdoa atau berbicara dengan anak-anak. Benarkah? Bukankah alasan utama Dia datang adalah untuk meluangkan waktu bagi orang-orang yang membutuhkan Dia?
Mereka adalah mayoritas utama yang bisu. Walaupun mereka adalah setengah dari insan manusia, mereka menanggung penderitaan dunia lebih dari yang selayaknya mereka alami. Problema-problema masyarakat kian memburuk dan sangat merugikan anak-anak. Ketika orang-orang dewasa lapar, anak-anak kelaparan. Ketika orang-orang dewasa sakit, anak-anak meninggal. Dalam sepuluh tahun terakhir, lebih banyak anak-anak yang meninggal dalam pertempuran global kita daripada tentara. Setiap hari, 35.000 anak-anak menjadi korban dari hal-hal yang sebenarnya dapat dihindari, karena kita kekurangan hati dan keberanian untuk berjuang demi mereka. Setiap hari! Tanpa pengaruh kuasa atau pilihan, mereka menderita diam-diam, hanya Tuhan yang tahu air mata dan ketakutan mereka." (Stafford 1996)
Walaupun anak-anak adalah manusia yang kurang dihargai di dunia ini, mereka adalah berharga di mata Allah Bapa. Anak-anak mempunyai kualitas iman yang paling penting seperti yang dikatakan Yesus sebagai terhadap pertanyaan pengikutNya, "Siapakah yang paling besar di dalam Kerajaan Surga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (Matius 18:2-4). Apakah sifat-sifat iman anak-anak? Sifat-sifat itu adalah: hati yang polos, keingin-tahuan, kerendahan-hati, kerentanan, kebergantungan terhadap orang lain, kasih tanpa syarat, dan mudah percaya; sifat-sifat yang seharusnya kita kembangkan dalam hidup kita sendiri. Kalu kita cukup beruntung untuk bekerja dengan anak-anak, kita dapat melihat sifat-sifat ini nampak dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Anak-anak sangat beraneka rupa, bentuk, dan warna. Mereka mempunyai kesukacitaan, harapan, cita-cita, dan impian yang berbeda-beda. Tuhan menciptakan seorang anak dengan keunikan sesuai dengan citraNya, menciptakan seorang demi seorang penuh dengan potensi. Dia juga merencanakan masa kanak-kanak sebagai waktu yang spesial untuk memelihara karunia-karunia dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepada anak kecil. Dengan bantuan dan pacuan keluarga dan teman-teman, anak-anak seharusnya menggunakan masa ini untuk menemukan jati diri." (Kilbourn 1996)
Apapun masalah yang dihadapi anak-anak sewaktu bertumbuh, keluarga harus selalu menjadi tempat yang aman. Keluarga harus menjadi tempat di mana kasih adalah tanpa syarat dan hubungan yang didasarkan atas saling percaya.
Gambaran PBB mengenai masa kanak-kanak yang normal telah menjadi bahan ejekan bagi berjuta-juta orang: "Anak-anak di dunia itu polos, rentan, dan bergantung pada orang lain. Mereka juga mempunyai rasa ingin tahu, aktif, dan penh harapan. Waktu-waktu mereka seharusnya masa bahagia dan damai, masa bermain, belajar, dan bertumbuh. Masa depan mereka seharusnya dibentuk dalam keharmonisan dan kerja sama. Kehidupan mereka seharusnya bertumbuh dewasa selagi mereka memperluas perspektif dan menimba sudut pandang baru.
Anak-anak adalah berharga bagi Tuhan. Tetapi walaupun demikian, berjuta-juta anak-anak menjadi yatim, hidup di jalanan, menjadai pengungsi peperangan, atau dipaksa masuk ke dalam pelacuran atau menjadi tenaga kerja. "Tragisnya, sekilas pandang saja akan perubahan citra masa kanak-kanak bagi berjuta-juta anak yang hidup dalam keadaan yang susah, cukup untuk menggambarkan seberapa besar kerugian mereka, dan kehilangan mereka atas kesempatan untuk mengalami masa kanak-kanak yang normal dan sehat." (Kilbourn 1996). Sangat tidak masuk akal jikalau anak-anak, yang merupakan karunia terbesar dari Allah, harus mengalami penderitaan ini tanpa harapan dan kasih Allah dalam hidup mereka! Kata-kata Yesus adalah peringatan yang keras: "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut." (Matius 18:6).
Sungguh di luar pengertian kita untuk betul-betul mengerti, jangankan untuk menyerap, penderitaan yang dialami oleh lebih dari 140 juta anak-anak yang hidup di jalanan tanpa kasih ataupun rasa aman dari keluarga, ataupun masyarakat; atau trauma yang dialami oleh 12 juta anak-anak yang telah menjadi gelandangan selama peperangan, banyak diantara mereka terpaksa hidup di tempat penampungan yang sesak di mana hanya sedikit kebutuhan mereka yang terpenuhi; atau 300.000 anak-anak yang turut berperang seperti orang dewasa di berbagai tempat di dunia; atau 12,1 juta anak-anak yang telah kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka karena AIDS; atau berjuta-juta bayi yang dilahirkan dari keluarga yang terjangkit HIV dan yang dibuang di pembuangan sampah; atau 100-300 juta anak-anak yang dipaksa untuk berkerja dalam kondisi yang sulit dan berbahaya. (Kilbourn 1996) Walaupun demikian, dibalik setiap angka dan statistik itu, terdapatlah sebuah wajah, sebuah nama, sebuah kehidupan, dan seorang jiwa. (McDonald 2000)
Anak-anak dan masa kanak-kanak sedang berada dalam krisis yang tak pernah dialami sebelumnya. "Pada awal milenia ini, hampir sepertiga dari penduduk dunia berusia di bawah 15 tahun; yaitu sekitar 1,8 milyar." (Global evangelization movement 2000). "Dari semua anak-anak yang lahir saat ini, 80 persen hidup di negara berkembang di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan sebagian Eropa di mana lazim terdapat kemiskinan yang ekstrim." (Statistics 1998). Menurut UNICEF, 130 juta anak-anak usia sekolah dasar tidak mempunyai akses untuk pendidikan, sehingga mereka tidak memiliki sarana untuk keluar dari siklus kemiskinan. (The state of the world's children 1999). Diperkirakan antara tahun 1998 dan 2025, 4,5 milyar anak-anak akan dilahirkan, membuat tantangan ini kian membesar. (World population profile 1998). "Masalah hancurnya masa kanak-kanak semakin lazim dalam hampir setiap bangsa, konteks, dan kebudayaan di dunia." (McDonald 2000)
Anak-anak dipaksa untuk "tumbuh dewasa dalam sekejap" selagi mereka memelihara saudara kandung, selagi latihan untuk menjadi tentara dan maka dari itu latihan untuk membunuh, selagi bekerja keras untuk menunjang keluarga mereka. Anak-anak dimanfaatkan selagi mereka melayani keinginan anggota masyarakat melalui pelacuran. Peran sebagai orang dewasa yang dipaksakan atas anak-anak tidak menyisakan waktu bagi mereka untuk bermain, bersekolah, atau bergaul dengan kawan. Karunia masa kecil telah dicuri dari tangan anak-anak yang dalam krisis tersebut. Mereka menghabiskan waktu menjalani masa kecil mereka dalam pengalaman yang sangat merugikan, daripada menikmati pengalaman yang membantu dalam pembentukan karunia yang diberikan Tuhan.
Kerugian ini antara lain kehilangan keluarga, kasih dan pemeliharaan ayah-ibu; kepolosan dan harga diri; kesempatan pendidikan; rasa aman; keutuhan jasmani; identitas dan status; kemampuan untuk percaya; kebutuhan dasar seperti makanan dan kebersihan; dan harapan, yang sering disebutkan oleh anak-anak sebagai kerugian terbesar. (Schoots 1998d)
Setiap harinya, anak-anak ini mengalami kejadian-kejadian yang mungkin memaksa orang dewasa sekalipun untuk menyerah. Mereka sendirian, di-diskriminasi, dan menderita sakit, tanpa kasih, tanpa harapan, dan tanpa rasa kehadiran Tuhan.
Ketika anak-anak hidup di situasi yang traumatis, harapan mereka diganti dengan keputus-asaan. Tawa ceria dan semangat riang mereka diganti dengan ketakutan, kesangsian, dan kesedihan. Mereka menanggung beban dan tanggung jawab yang jauh lebih besar dari selayaknya bagi mereka. Mereka mengalami rasa putus harapan yang sangat dalam, dan mereka tidak melihat adanya kesempatan untuk mengembangkan karunia mereka yang diberikan Tuhan. (Kilbourn 1996)
Malangnya, anak-anak dipaksa untuk belajar dua pelajaran yang menyakitkan dan tragis: dunia ini bukanlah lagi tempat yang aman untuk hidup, dan orang dewasa tidak selalu dapat dipercaya. Melalui pengalaman pribadinya dengan penderitaan yang dihadapi anak-anak jalanan melalui pembunuhan, pembuangan, dan eksploitasi, David High berkata:
Seharusnya ada permohonan dari umat Tuhan di seluruh dunia agar pemerkosaan dan pembunuhan anak-anak ini dihentikan. Jika hati kita tidak berseru untuk belas kasihan bagi mereka, dan jika hati kita tidak terbeban oleh kenyataan hidup mereka, maka kita adalah orang-orang yang hatinya telah membatu dan dingin. Sekarang saatnya untuk bersujud dan memohon kepada Allah untuk mengganti hati yang telah membatu dengan hati yang baru yang penuh kasih. (Yehezkiel 36:26, Mazmur 51:10) (Kilbourn 1996)
Allah Bapa kita mengerti sepenuhnya akan kepedihan dan ketakutan dari anak-anak di dunia yang menderita, apapun situasi mereka. KehendakNya yang terdalam adalah untuk menggugah kita, umatNya, untuk merentangkan tangan dengan kasih karunia Tuhan kepada mereka -- anggota-anggota termuda dalam keluarga di dunia. (Kilbourn 1996). Kita mempunyai tanggung jawab untuk membawa kabar kasih penebusan, penyembuhan, dan pengharapan Tuhan. Dalam Yesaya 61:1-4, sang nabi meramalkan pelayanan penyembuhan Yesus yang memulihkan hidup yang hancur dan membawa pembaharuan. Gambaran Yesaya mengenai pelayanan Yesus dengan indahnya menggambarkan keinginan Allah agar supaya masa kecil anak-anak yang tak terhitung banyaknya di dunia ini dipulihkan kembali ke pola asalnya. Berdoalah supaya melalui abu dan puing-puing, Tuhan akan membangkitkan "pohon-pohon kebenaran" yang akan memulihkan tempat-tempat yang telah lama hancur, dan supaya kemuliaanNya akan membawa pembaharuan bagi kehidupan anak-anak yang telah dikosongkan di seluruh dunia.
Ada banyak anak-anak yang terbuang di dunia ini yang perlu tahu tentang kerinduan Tuhan untuk menjadi Bapa bagi mereka. Mereka tidak akan mendengar kabar ini dari orang-tua mereka. Mereka perlu mendengarnya dari orang-orang yang telah mengalami sendiri kasih Tuhan. Markus 10:13 berkata, "Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka..." Biarlah generasi kita bisa dikatakan sebagai generasi yang membawa anak-anak itu kepada Allah. (Kilbourn 1996).
No comments:
Post a Comment