BACAAN KELUARGA 2
THE FAMILY AS A DEVELOPING SYSTEM
(berdasarkan buku The Family: a Christian Perspective on contemporary home bab 2)
Pada bab 2 ini, penulis mencoba mengupas 2 teori yang berbicara mengenai keluarga secara komprehensif, yaitu family system Theory dan family development theory. Dari kedua teori ini, penulis ingin menolong pembaca menemukan satu sistem yang menolong keluarga-keluarga untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan naturnya sesuai dengan tujuan Allah menciptakan keluarga. Saya akan mencoba memberi sedikit ringkasan mengenai kedua teori ini dan aplikasinya bagi kehidupan.

Family Development theory, yang menolong kita melihat progresifitas keluarga lewat berbagai macam tahap-tahap kehidupan (stages of life). Keluarga adalah unit yang dinamis. Ketika variasi pertumbuhan keluarga dapat dilewati dengan baik, keluarga umumnya akan lebih siap bergerak bertumbuh dari satu tahap ke tahap yang lain. Namun ketika ada sesuatu yang menghambat sehingga keluarga mengalami hambatan, maka keluarga menjadi tidak siap untuk masuk ke tahap berikutnya. Ada banyak penyesuaian yang perlu di lakukan dalam setiap tahap-tahap itu (mulai dari tahap sebelum pernikahan, sampai ke tahap mempertahankan dan memperkembangkan hubungan di dalam keluarga). Setiap tahap memiliki masa transisi, yang sangat mempengaruhi hidup seseorang. Transisi terbesar dalam hidup seseorang adalah ketika mereka memutuskan untuk menikah, yang melibatkan begitu banyak penyesuaian, yang bahkan bisa sangat radikal bentuknya, mulai dari kemantapan di dalam pekerjaan, kelahiran anak, pertumbuhan anak ke usia remaja, anak-anak menginjak dewasa dan hidup mendiri (meninggalkan rumah), dan kemudian orang tua benar-benar tinggal berdua saja di rumah. Perubahan yang tentu tidak mudah untuk dihadapi. Transisi yang mungkin saja mengubah dan mempengaruhi hidup secara keseluruhan.
Dari kedua teori di atas, penulis mencoba mengintegrasikan keduanya dalam mendiskusikan kehidupan keluarga, yang merupakan sistem yang terus berkembang dan dinamis seiring dengan berkembangnya waktu. Dari kedua teori di atas, penulis ingin memberi gambaran bagaimana membangun keluarga yang kuat dan sehat. Setidaknya ada 4 area utama yang pelru dianalisis untuk mengetahui sebuah keluarga adalah keluarga yang kuat / sehat, atau keluarga yang lemah / tidak sehat.
Pertama: Cohesion, berhubungan dengan tingkat kedekatan emosional yang ada di dalam keluarga. Ada penghargaan terhadap keberadaan individu lain di dalam keluarga. Jika dalam keluarga terlalu kohesif, maka akan terjadi kelekatan yang terlalu kuat, sehingga saling bergantung secara berlebihan, munculnya sikap yang berlebihan terhadap satu hal sehingga menghambat penemuan solusi untuk masalah itu. Ini disebut enmeshment. Dipihak lain, ada yang disebut disengagement, anggota keluarga jarang bersentuhan secara emosi, sedikit sekali keterlibatan anggota lain, tidak saling memberi kontribusi. Keadaan ini tidak akan dapat membangun dan menyediakan pertolongan dan support pada waktu dibutuhkan. Keluarga yang sehat adalah keluarga yang membangun kohesifitas mereka diatas sikap mutualistik dan saling terlibat secara sehat. Tiap anggota keluarga saling terlibat di dalam keluarga, namun juga memiliki kehidupan dan keterlibatan di luar keluarga. Ini disebut differentiation, yang berguna untuk membangun keluarga yang sehat dan seimbang.
Kedua: Adaptability. Keluarga yang tingkat adaptability-nya dalam level yang sangat tinggi cenderung menghasilkan keluarga yang chaotic. Sebaliknya, keluarga yang inflexible dan tingkat adaptability yang sangat rendah mengakibatkan ketidakseimbangan dalam keluarga, yang cenderung mengganggu perkembangan keluarga itu secara keseluruhan maupun secara individual. Keluarga yang sehat harus memiliki tingkat adaptasi yang seimbang, yang cenderung melihat keadaan dan situasi sebagai unsur yang menyertai flexibilitas keluarga.
Ketiga: Communication. Komunikasi sangat penting dan mendasar dalam keluarga yang sehat. Komunikasi yang baik akan menolong menemukan clarity of perception (waktu menerima info) dan clarity of expression (waktu menyampaikan info) dan membangun empathic skills sehingga menghasilkan komunikasi yang efektif dan sehat.
Keempat: Role Structure. Tiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Peran yang jelas, namun juga cukup fleksibel akan menolong setiap anggota keluarga berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini akan mendorong pertumbuhan yang sehat dari setiap anggota keluarga maupun sistem keluarga yang menjadi pendukung utama dalam keluarga.
Kesimpulan Bab 2:
Dari bab ini, saya semakin mengerti bahwa keluarga adalah unit yang sangat dinamis dan unik. Masing-masing anggota keluarga adalah bagian penting dari semua sistem yang berlaku di dalam keluarga. Keluarga yang sehat dan kuat adalah keluarga yang bertumbuh dengan sehat dalam sistem yang sehat dan masing-masing anggota keluarga menjalankan peran yang benar untuk mendukung keberhasilan keluarga secara bersama-sama. Papa, mama, anak-anak, semua saling sayang... semua berarti dan sama berharganya.... Tuhan ada di dalamnya. Sungguh indah hidup ini....n (Rudy Tejalaksana 2010)
No comments:
Post a Comment